Ini Kendala Perbankan Cairkan Kredit ke Industri Perikanan

Ini Kendala Perbankan Cairkan Kredit ke Industri Perikanan

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Senin, 07 Nov 2016 19:00 WIB
Foto: Hasan Alhabshy
Jakarta - Sektor perbankan belum banyak menggelontorkan kredit ke sektor perikanan, khususnya untuk nelayan atau pembudidaya. Ini karena pengalaman kredit bermasalah di masa lalu.

Selain itu, industri perikanan cukup tinggi risikonya secara bisnis karena produknya yang mudah rusak.

"Kendala yang kita hadapi adalah industri kelautan ini rating resikonya cukup tinggi. Karakteristik dari produk perikanan itu yang sifatnya perishable (mudah rusak/tak tahan lama). Jadi perlu alat khusus supaya produk ini bisa jadi durable, itu butuh cold storage," ujar Vice President Divisi Agribisnis BRI, Wahyu Sulistiono dalam Rapat Kerja Nasional Kadin Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (7/11/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, adanya sifat waktu panen musiman juga menjadi faktor perbankan enggan masuk ke sektor ini, akibat dari berpotensinya kredit macet.

"Kedua, sifat dari musiman, tadi Menteri Perindustrian menyampaikan kalau ada musim barat, nelayan nggak bisa melaut, sementara industri butuh ikan," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D Hadad, mengatakan peningkatan pengetahuan perbankan akan sektor ini dapat meminimalisir hal ini. Pasalnya, potensi ekonomi dari sektor ini sangat besar.

"Teman-teman di lapangan lebih tahu, potensi kelautan dan perikanan kita luar biasa besar. Tidak ada yang ragu soal itu. Mulai dari luas Indonesia, garis pantai yang panjang, kekayaan biodiversity dengan jumlah spesies yang macam-macam. Potensinya kita sudah paham," katanya.

"Jadi harus saling menyesuaikan antara perbankan dan pelaku usaha. Karena, kan industri keuangan nggak bisa sembarangan juga, inikan duitnya bukan duit dia. Duit kita yang kita simpan hilang, repot juga. Jadi harus landasannya kemitraan, dan menyadari semua tidak ada yang macet dan tidak ada yang rugi," ungkapnya.

Investasi di sektor perikanan memang butuh amunisi keuangan yang kuat. Fakta yang memberatkan, infrastruktur di wilayah yang punya potensi ikan besar justru sangat minim. Hal ini membuat industri ini sulit tumbuh.

Pembangunan infrastruktur yang diharapkan adalah sarana jalan, ketersediaan energi gas dan listrik yang memadai sehingga bisa meyakinkan investor tentang keberpihakan pemerintah terhadap investasi baru di daerah tersebut.

"Yang paling cepat recover ekonomi kita itu perikanan dan pariwisata. Jadi di daerah terpencil, percuma ada industri perikanan kalau tidak ada listrik atau energi," ucap Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto dalam kesempatan yang sama. (hns/hns)

Hide Ads