Direktur CCB Luianto Sudarmana menjelaskan, CCB Indonesia saat ini masih memiliki modal inti sekira Rp 2,167 triliun. Sementara menurut persyaratan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), untuk menjadi kategori BUKU III harus memiliki modal inti antara Rp 5-30 triliun.
"Dengan modal inti itu kita masih buku dua. Jadi butuh Rp 3 triliun lagi lah," tuturnya di Gedung BEI, Jakarta, Senin (20/2/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau dihitung sekira tambah injeksi Rp 2,3 triliun, itu komitmen selama 3 tahun," imbuhnya.
Luianto juga mengatakan, tambahan modal inti tersebut juga guna menjaga Capital Adequacy Ratio (CAR) sesuai batas OJK sekira 14%. Sementara saat ini CAR CCB Indonesia berada di level 20%.
Tahun ini CCB Indonesia juga berencana untuk mendorong pertumbuhan kredit tahun ini sekira 60-70%. Sementara menurut catatan Luianto, penyaluran kredit CCB di 2016 sekitar Rp 8,2 triliun yang didominasi oleh sekor perdagangan dan ritel.
Tahun ini pihaknya berencana akan menyalurkan kredit ke sektor infrastruktur. Salah satu pembiayaan yang sudah masuk dalam pipeline adalah pembangunan PLTU di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
"(Kredit) naiknya cukup drastis lebih ditopang oleh corporate banking. CCB Indonesia akan masuk ke sektor korporasi infrastruktur, ada beberepa di pipeline itu PLTU, tapi nanti macam-macam bisa saja jalan tol, jembatan, waduk," imbuhnya.
Pertumbuhan kredit tersebut tentunya akan menggerus CAR perseroan. Untuk itu suntikan modal dari holding tersebut sangat dibutuhkan untuk menjaga CAR sekaligus menambah modal inti.
"Capital itu diperlukan kalau perkreditan naik, kalau kredit enggak naik enggak perlu capital. Tentu ada korelasinya," tandasnya. (mkj/mkj)