Meski prospek perekonomian global diprediksi membaik tahun ini, Indonesia diharapkan tetap waspada terhadap beberapa resiko kebijakan ekonomi dan politik negara-negara berpengaruh di dunia.
"Dapat kita lihat bahwa pertumbuhan ekonomi dunia istilahnya saat ini adalah gaining the momentum. Pertumbuhan ekonomi dunia akan lebih tinggi dari prediksi semula 3,4% menjadi 3,6%," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam jumpa pers usai acara High Level International Seminar di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (28/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia sendiri diharapkan dapat memanfaatkan momentum untuk tumbuh lebih tinggi. Ekonomi region dirasa telah cukup kuat untuk menopang pertumbuhan ekonomi negara-negara di ASEAN.
Menurutnya, ASEAN telah begitu maju dari tahun 1997 menjadi salah satu kawasan dinamis yang pertumbuhan ekonominya tinggi, makro ekonomi financialnya terjaga, integrasi ekonomi dan keuangan yang semakin kuat, serta kemajuan lainnya.
"Di samping itu, kawasan ini juga semakin kuat menahan gejolak-gejolak dari luar negeri baik dalam bentuk fleksibilitas kurs, kecukupan cadangan devisa, maupun hal lainnya," tutur Perry.
Region ini juga banyak melakukan bauran kebijakan yang diyakini membawa ekonomi kawasan ini menjadi lebih progresif. Di antaranya bauran kebijakan bank sentral dan moneter, makro prudensial, fiskal maupun reformasi struktural.
"Dan lebih dari itu, kawasan ini akan terus melakukan strategi ekonomi yang terbuka, bukan hanya integrasi ekonomi di kawasan tetapi juga terus melakukan perdagangan dan investasi secara terbuka dengan global," pungkasnya. (mkj/mkj)











































