Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengungkapkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) sektor properti cenderung meningkat terutama NPL pada pembiayaan properti komersial seperti rumah toko (ruko) dan rumah kantor (rukan).
Dia menyebutkan dari data Bank Indonesia (BI) NPL ruko/rukan meningkat dari akhir tahun lalu di kisaran 3,88% pada Mei 2017 menjadi 4,48%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Pro dan Kontra Ekonomi RI Lesu |
Menurut dia, karena mempertimbangkan masih tingginya risiko kredit properti komersial tersebut. Perbankan tentunya cenderung berhati-hati dalam penyaluran kredit properti tersebut.
"Di samping itu perbankan pun mempercepat restrukturisasi kredit bermasalah, manajemen portofolio kredit. Bank cenderung akan menyalurkan kredit properti dengan tingkat risiko yang lebih kecil misalnya segmen properti residensial seperti KPR dan KPA," jelas dia.
Josua menambahkan, tren peningkatan NPL perbankan secara keseluruhan cenderung mulai tertahan. Dengan demikian, ekspektasi pemulihan ekonomi domestik yang lebih baik pada semester II tahun ini diharapkan dapat mendorong ekspansi kredit sehingga pada akhirnya kualitas kredit properti semakin baik.
Berdasarkan data uang beredar Bank Indonesia (BI) penyaluran kredit properti mengalami perlambatan pertumbuhan pada Juni 2017. Posisi kredit properti tercatat Rp 746,8 triliun atau tumbuh 12,1% dibandingkan periode bulan sebelumnya yang tumbuh 13,7% year on year (yoy).
Perlambatan pertumbuhan tersebut bersumber dari kredit yang disalurkan kepada sektor konstruksi dan real estate, meskipun tertahan oleh peningkatan pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan rumah (KPR).
Sementara itu untuk kredit konstruksi tumbuh melambat dari 24,1% menjadi 20,8% pada Juni 2017. Demikian pertumbuhan kredit real estate melambat menjadi 10,4% lebih rendah dibandingkan periode bulan sebelumnya 15,9% yoy. Kondisi sebaliknya terjadi pada KPR dan KPA yang tumbuh 7,7% yoy menjadi 7,9% pada Juni 2017.
(mkj/mkj)