Jumlah ini masih sangat rendah dibanding negara-negara lainnya di Asia Tenggara, padahal angka backlog rumah Indonesia mencapai 11,4 juta unit.
Menurut Komisaris PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Maurin Sitorus, hal tersebut bisa diatasi dengan meningkatkan kemampuan pendanaan bank dalam menyalurkan KPR. Kemampuan pendanaan bank tersebut kata dia bisa dilakukan lewat sekuritisasi KPR, yakni melepas aset cicilan KPR yang dimiliki, sehingga ada dana segar yang bisa didapat secara instan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, peran sekuritisasi sangat penting dalam mendorong industri perumahan guna memangkas angka backlog tersebut. Namun, sayangnya di Indonesia sendiri, baru BTN yang sangat aktif dengan sekuritisasi, yang dilakukan dengan PT SMF.
"Memang kan untuk melakukan sekuritisasi ini tidak mudah. KPR-KPR apa yang bisa disekuritisasi adalah KPR yang high quality. Yang tidak akan macet. Sementara bagi bank itu adalah sumber penghasilan. Sehingga bank akan enggan karena itu jadi sumber penghasilan saya. Dan itu meningkatkan nilai aset saya, karena sekuritisasi itu kan jual putus," ucapnya.
BTN menargetkan sekuritisasi aset hingga Rp 2 triliun tahun ini. Diharapkan, besarnya aset yang disekuritisasi tersebut dapat mendorong jumlah penyaluran KPR tahun ini bisa lebih besar lagi.
"Sekuritisasi tahun ini antara Rp 1-2 triliun," tandasnya. (eds/ang)