Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia Achmad K Permana menjelaskan, penambahan modal dalam industri perbankan adalah hal yang biasa.
"Kondisi Bank Muamalat masih likuid, masih baik rencana penambahan modal itu untuk pengembangan bisnis ke depannya," kata Permana kepada detikFinance, Kamis (22/2/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini ada sejumlah investor asal luar negeri dan investor dari dalam negeri yang menyatakan berminat untuk menambahkan modal di Bank Muamalat.
"Alhamdulillah yang minat sama Muamalat banyak, kan baru 3 minggu Minna Padi diumumkan gagal. Nah sekarang kami harus lari cepat untuk mengubah arah, meskipun tidak bisa selesai dalam waktu 2 atau 3 minggu," ujar dia.
Menurut Permana, sejumlah investor ini sudah masuk sebelum Minna Padi menyatakan minat membeli bank syariah pertama di Indonesia ini. Nah setelah Minna Padi gagal mengakuisisi, calon-calon investor tersebut mulai maju dan menyampaikan minat ke perseroan.
Mantan Direktur Syariah PermataBank ini mengungkapkan perseroan memiliki beberapa strategi untuk mengurangi rasio NPF yang saat ini berada di kisaran 4%. Misalnya penambahan modal yang akan menambah rasio pencadangan. Kemudian write off pembiayaan yang diharapkan bisa membesarkan bisnis perseroan.
"Kalau di NPF kan ada pembilang atau yang macetnya, kemudian penyebutnya pembiayaan. Jadi kalau modal ditambahkan maka penyebutnya akan membesar dan pembilangnya atau yang macet otomatis mengecil," ujarnya.
Rasio pembiayaan bermasalah atau NPF secara gross tercatat 4,54% meningkat dibanding 2016 4,43%. Sementara secara net 3,07% naik dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 1,92%.
"Yang penting kepercayaan masyarakat masih tinggi, masih banyak yang sayang dengan Muamalat," ujar dia.
Mengutip laporan keuangan perseroan, periode September 2017 kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) Muamalat tercatat 11,58% turun dibandingkan periode September 2016 12,75%.
Aset produktif bermasalah dan aset non produktif bermasalah terhadap total aset produktif dan aset non produktif tercatat 4,17%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama 2016 3,8%. Sedangkan aset produktif bermasalah terhadap total aset produktif 3,91% meningkat dibanding September 2016 3,83%.
Sementara itu cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) aset keuangan terhadap aset produktif tercatat 2,62% turun dibandingkan periode September 2016 4,27%.
Beban operasional dan pendapatan operasional (BOPO) perseroan mendekati 100% yakni 98,1% lebih rendah dibandingkan periode tahun sebelumnya 98,89%. Kemudian financing to deposit ratio atau rasio pendanaan terhadap pembiayaan yang disalurkan adalah 86,14% turun dibanding September 2017 96,4%.
Total aset Bank Muamalat per September 2017 sebesar Rp 57,71 triliun tumbuh 3,46% dibanding September 2016 Rp 55,78 triliun. Laba bersih tahun berjalan tercatat Rp 34,17 miliar lebih rendah dibandingkan periode September 2016 Rp 37,95 miliar.
Namun jika ditambahkan dengan keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual sebesar Rp 10,89 miliar. Maka, laba komprehensif perseroan mencapai Rp 45,05 miliar tumbuh dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 41,41 miliar.