Waspada! Pembobolan Rekening Nasabah Bank Pakai Modus Skimming

Waspada! Pembobolan Rekening Nasabah Bank Pakai Modus Skimming

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 15 Mar 2018 10:54 WIB
Waspada! Pembobolan Rekening Nasabah Bank Pakai Modus Skimming
Foto: Tim Infografis, Mindra Purnomo
Jakarta - Pembobolan rekening nasabah bank masih kerap terjadi di Indonesia. Pencurian terjadi secara acak di sejumlah wilayah Indonesia, jumlah dana yang diambil pun bervariasi mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Pencurian dana di rekening, diduga menggunakan metode skimming. Modus ini adalah penyalinan data dari rekening asli dan data tersebut bisa digunakan untuk mencuri uang dari jarak jauh.

Awal tahun ini ada beberapa kejadian dugaan pencurian uang diduga menggunakan metode skimming di PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

[Gambas:Video 20detik]




Beberapa tahun sebelumnya, sejumlah bank besar juga terkena kasus serupa seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Berikut detikFinance rangkum terkait pembobolan rekening bank yang masih kerap terjadi.


Beberapa tahun sebelumnya, sejumlah bank besar juga terkena kasus pembobolan rekening, seperti PT Bank Mandiri Tbk (Bank Mandiri) dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA).

Analyst Digital Forensic Ruby Alamsyah menjelaskan untuk sindikat pencuri uang di rekening menargetkan bank besar karena memiliki jaringan ATM yang luas dan besar di Indonesia.

"Tadinya sekitar 2009-2010 itu Mandiri dan BCA jaringan mereka luas dan besar di Indonesia. Nah sekarang dari segi aset saja Mandiri sudah disalip BRI. Jadi targetnya memang seperti itu yang paling besar," kata Ruby saat dihubungi detikFinance, Kamis (15/3/2018).


Dia menjelaskan, pelaku pencurian itu akan menghitung peluang dari jumlah nasabah atau jumlah rekening bank. Karena BRI yang saat ini memiliki jumlah nasabah terbanyak, jadi terkesan BRI selalu terkena kasus ini.

"BRI kan besar, jadi kesannya BRI lagi BRI lagi yang kena. Padahal sebenarnya setiap bank pasti ada kasus ini. Tidak hanya spesifik satu bank saja," imbuh dia.

Ruby menjelaskan, saat ini bank harus sigap dalam menangani kasus dugaan skimming ini.

"BRI harus sigap seperti BCA dan Mandiri yang sudah biasa dengan kasus seperti ini dan memitigasi penanganan masalah ini," ujar dia.

Skimming memang bukan hal baru di Indonesia. Ini adalah tindakan pencurian informasi kartu debit atau kredit dengan cara menyalin informasi yang terdapat pada strip magnetik kartu debit atau kredit secara ilegal untuk memiliki kendali atas rekening korban.


Jadi data di kartu debit nasabah bisa digandakan dengan teknik skimming. Kemudian data hasil penggandaan tersebut digunakan untuk menguras rekening nasabah.

Teknik skimming dilakukan dengan cara menggunakan alat yang ditempelkan pada slot mesin ATM (tempat memasukkan kartu ATM) dengan alat yang dikenal dengan nama skimmer.

Pencurian uang di rekening bank ini ternyata dilakukan secara terorganisir oleh sindikat internasional. Orang Indonesia yang ditangkap pihak kepolisian hanya menjadi 'kaki tangan' aktor intelektual yang ada di sejumlah negara seperti Bulgaria, Ukraina dan Rusia.

Ruby menjelaskan dengan terjadinya dugaan skimming ini maka bank harus tetap meningkatkan keamanan dana nasabah. Agar nasabah tetap merasa nyaman dan aman menyimpan uang di rekening.

"Seperti yang sudah saya sampaikan di seminar-seminar. Kejahatan skimming ini dilakukan terorganisasi secara internasional. Kalau tidak diungkap pelaku atasnya atau top levelnya, ya otomatis akan terus berulang kejadian ini, harus ke akar-akarnya dituntaskan," kata Ruby.


Karena bank juga tidak bisa mengubah sistem mesin ATM secara masif. Jadi pihak berwajib juga harus menghentikan sampai tuntas agar kejadian tidak terus berulang.

Menurut Ruby, saat ini jika ada kejadian skimming ini hanya menindak pelaku operasional bukan actor intelektualnya.

"Masalahnya sama terus nih, pengungkapan kasus belum sampai ke aktor intelektual yang mengorganisir kejahatan ini. Kalau hanya orang lokalnya yang ditindak, mereka bisa ganti orang lagi dengan mudah, karena orang lokalnya hanya 'pesuruh'," imbuh dia.

Dia menjelaskan, pelaku kejahatan ini memiliki tim yang terstruktur. Mereka sudah menyusun buku panduan, menyiapkan alat dan komputer dengan sistem yang baik.


Setelah itu, sindikat ini merekrut orang orang dan menjanjikan bonus yang besar untuk tindakan ini. Menurut Ruby, negara berkembang seperti Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi target untuk pencurian uang nasabah.

Ruby menjelaskan, uang hasil pencurian bermodus skimming ini digunakan untuk mendukung terorisme. Uang hasil pembobolan rekening tersebut digunakan untuk mendanai teroris di luar negeri.

"Biasanya uang hasil skimming ini dipakai untuk pembiayaan teroris di luar negeri sana," kata Ruby.

Dia menjelaskan, untuk kegiatan terorisme mereka memang mencari dana dengan melakukan peretasan dan pencurian uang nasabah perbankan. Uang ini akan digunakan untuk biaya operasional mereka.


Menurut dia, jaringan atau sindikat pencurian bermodus skimming ini memiliki standar operasional prosedur yang sangat rapi. Mereka memiliki buku panduan hingga peralatan yang lengkap mulai dari alat penyalin hingga komputer.

"Jaringan biasanya punya SOP yang rapi sekali, mulai dari perekrutan, menjalankan tugas hingga pembagian fee kepada pelaku operasional semuanya terstruktur," kata dia.

Pelaku atau aktor utama dibalik skimming ini berasal dari Ukraina, Bulgaria dan Rusia. Orang Indonesia hanya bertugas sebagai kaki tangan mereka.

"Mereka bisa dengan mudah merekrut orang yang ingin bergabung. Ya dengan janji bonus yang besar, orang-orang mau bergabung," imbuh dia.


Negara berkembang seperti Indonesia menjadi salah satu negara dengan target empuk untuk pembobolan rekening nasabah bank. Namun hingga kini di Indonesia belum pernah tertangkap dalang skimming ini.

Ini menyebabkan, sindikat tersebut masih melihat celah untuk kembali masuk ke Indonesia. "Untuk menghentikan ini ya yang harus ditangkap dalangnya. Agar kegiatan bisa dihentikan. Jangan hanya 'pegawai' nya saja, karena mereka bisa dengan mudah mencari dan rekrut lagi," ujarnya.

Keamanan perbankan adalah hal yang paling krusial. Karena ini menyangkut kepercayaan nasabah dalam menyimpan uang. Untuk mengantisipasi kejahatan skimming, bank memiliki sejumlah cara agar sistemnya tetap aman.

Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Santoso Liem menjelaskan untuk mengantisipasi atau mencegah terjadinya skimming bank memiliki prosedur dan mekanisme operasional untuk melakukan pemeriksaan sistem.

"Selain itu kami juga punya mekanisme pemeriksaan di mesin-mesin ATM. Apakah ada alat tambahan skimming di mesin atau tidak. Ya kami periksa sampai ke situ," kata Santoso.


Dia mengungkapkan, saat ini BCA memastikan bahwa seluruh mesin ATM tidak mudah ditambahkan alat skimming baik di manapun mesinnya ditempatkan. Selain dari sistem bank, BCA juga melakukan tindakan lain yaitu mengedukasi nasabah agar saat memasukkan nomor PIN lebih berhati-hati.

"Kami juga edukasi ke nasabah agar memasukkan PIN menutup dengan tangan lain, supaya tidak terlihat orang yang ada di samping atau di belakang," ujar dia.

SEVP Teknologi Informasi BNI Dadang Setiabudi menjelaskan untuk meminimalisir risiko skimming BNI melakukan physical security.

"Pastikan tidak ada celah bagi fraudster untuk memodifikasi atau menambah apapun yang ada di mesin ATM," kata Dadang.

Ini dibarengi dengan pemeriksaan rutin dari petugas untuk melakukan checking terhadap kondisi mesin ATM. Selain itu, upaya lain adalah meminimalkan lokasi mesin ATM di tempat yang berisiko tinggi, seperti jauh dari keramaian.

Dari sisi keamanan kartu, BNI sudah menyiapkan sistem berbasis chip. Dengan kondisi ini, seluruh kartu ATM milik nasabah BNI diarahkan untuk segera diganti dengan kartu yang menggunakan teknologi chip.

"Aspek lain adalah edukasi ke nasabah secara rutin melalui berbagai media, seperti email, sms hingga petugas kantor cabang," ujarnya.


Corporate Secretary BRI Bambang Tribaroto mengatakan untuk mengantisipasi tindak kejahatan perbankan yang dilakukan melalui mesin ATM, BRI telah melakukan edukasi kepada nasabah melalui berbagai media.

"Antara lain kami rutin melakukan sms blast, edukasi di website BRI, media sosial. Selain itu, Bank BRI juga mengintensifkan pemeriksaan ATM untuk mengantisipasi tindak kejahatan skimming," kata Bambang.

Dia menjelaskan BRI terus berupaya meningkatkan pelayanan terhadap para nasabahnya, BRI senantiasa menampung dan merespon keluhan nasabah, demi tercapainya pelayanan yang prima dan konsisten.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini sedang meneliti kejadian ini. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana menjelaskan ada dua pihak yang harus diperiksa yakni bank dan nasabah.

"Kami sedang meneliti kesalahannya di mana saja. Banknya yang lalai atau nasabahnya yang teledor, kalau terbukti banknya yang salah maka harus mengganti dana nasabah yang hilang," kata Heru saat dihubungi detikFinance, Rabu (13/3/2018).

Heru menjelaskan, sebagai regulator OJK secara berkala melakukan evaluasi terhadap sistem bank untuk menjamin keamanan transaksi nasabah.


Beberapa hari lalu, di Jawa Timur uang sejumlah nasabah BRI juga hilang misterius.

Pihak BRI mengungkapkan kejadian ini diduga skimming. Dalam keterangan tertulis BRI saat ini sedang melakukan investigasi internal baik jumlah kerugian nasabah maupun sistem keamanan internal BRI. Perseroan pun telah melaporkan hal ini kepada pihak berwajib.

Berikut tips dari Analyst Digital Forensic Ruby Alamsyah untuk mencegah kejadian tersebut. Sebagai nasabah bank yang aktif menggunakan layanan perbankan digital, harus memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi. Hal ini agar terhindar dari pencurian uang di rekening menggunakan skimming.

Pertama, nasabah harus aktif melakukan pemeriksaan histori atau sejarah transaksi yang dilakukan. Misalnya rajin memeriksa mutasi rekening baik di mesin ATM, internet banking hingga mobile banking.

"Pengecekan histori transaksi harus sering dilakukan, karena jika kita tahu ada transaksi mencurigakan bisa langsung dilaporkan," kata Ruby saat dihubungi detikFinance, Rabu (13/3/2018).


Kedua, aktifkan notifikasi atau pemberitahuan melalui sms. Biasanya, notifikasi ini bisa diatur oleh nasabah misalnya untuk transaksi di atas Rp 1 juta maka bank akan menginformasikan kepada nasabah.

Ketiga, jika bertransaksi di mesin ATM, lebih baik di mesin yang ada di tempat ramai atau di kantor cabang bank. Menurut dia ini meminimalisir pelaku kejahatan untuk memodifikasi mesin ATM. "Biasanya pelaku skimming itu tidak pasang alat di mesin ATM yang tempatnya ramai, jadi supaya aman bisa transaksi di ATM kantor cabang saja," ujar dia.

Keempat, sebelum bertransaksi di mesin ATM perhatikan apakah ada hal-hal yang mencurigakan. Misalnya pada mulut pembaca kartu harus diperhatikan dengan seksama.

"Bisa dilihat ya di mulut tempat masuk kartu, kalau ada alat tambahan yang mencurigakan, misalnya bisa digoyang goyang itu langsung laporkan saja ke bank. Biasanya pelaku hanya pakai double tape untuk menempel," imbuh dia.


Selain di mesin ATM, skimming juga bisa menyerang internet banking. Ruby mengatakan jangan sekali-kali menggunakan jaringan publik WiFi atau perangkat publik untuk menggunakan internet banking. Hal ini untuk mengurangi risiko penyalinan sata oleh pelaku skimming.

Dia menambahkan, perhatikan situs bank yang asli. Jangan sampai situs tersebut disusupi peretas dengan tindakan phising atau penyamaran dan menjadi situs palsu.

Hide Ads