Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan jumlah cadangan devisa tersebut lebih dari cukup untuk kebutuhan pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah.
"Cadangan devisa yang kita miliki itu lebih dari cukup dari yang kita perlukan, tidak hanya untuk pembiayaan impor tapi juga untuk ULN," ujar dia di Gedung BI, Jakarta Pusat, Jumat (25/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan rasio cadangan devisa Indonesia masih cukup untuk menghadapi atau memitigasi aliran modal keluar yang terjadi.
Mengutip data BI, penurunan cadangan devisa ini terjadi sejak Januari 2018, saat itu cadangan devisa tercatat US$ 131,98 miliar cukup untuk membiayai 8,5 bulan impor dan 8,2 bulan impor sekaligus pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Memasuki Februari cadangan devisa tercatat US$ 128,06 miliar atau tergerus sekitar US$ 3,92 miliar menjadi US$ 128,06 miliar. BI menyebut jumlah ini masih cukup untuk membiayai 8,1 bulan impor dan 7,9 bulan impor serta pembayaran ULN pemerintah.
Pada Maret 2018, cadangan devisa tercatat US$ 126 miliar berkurang lagi sebesar US$ 2,06 miliar. Jumlah ini mampu untuk membiayai 7,9 bulan impor dan 7,7 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah.
Terakhir pada periode April 2018 cadangan devisa RI tercatat US$ 124,9 miliar setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah. (ara/ara)