Cadangan Devisa Turun Terus, Pemerintah Harus Dorong Ekspor

Cadangan Devisa Turun Terus, Pemerintah Harus Dorong Ekspor

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 23 Mei 2018 16:05 WIB
Foto: Tim Infografis, Fuad Hasim
Jakarta - Cadangan devisa Indonesia periode April 2018 tercatat US$ 124,9 miliar. Jumlah ini terus turun sejak awal tahun ini, Bank Indonesia (BI) menyebut angka ini setara dengan pembayaran 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah.

Masih aman kah jumlah cadangan devisa di tengah nilai dolar yang masih bertengger di atas Rp 14.000?

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan saat ini cadangan devisa RI masih bisa digunakan sebagai bantalan untuk stabilisasi nilai tukar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau dilihat cadev RI masih cukup aman karena di atas standar internasional yang 3 bulan impor. Jadi bisa untuk buffer kalau memang ada langkah stabilisasi rupiah lagi," kata Josua saat dihubungi detikFinance, Rabu (23/5/2018).


Dia mengungkapkan, memang agak sulit untuk meningkatkan cadangan devisa. Pasalnya saat ini impor lebih tinggi daripada ekspor. Jadi untuk menambah cadev maka pemerintah harus meningkatkan ekspor agar pendapatan dalam dolar meningkat.

Namun barang ekspor harus memiliki nilai lebih. Jangan hanya ekspor barang mentah.

Josua menambahkan BI juga perlu mengambil langkah kebijakan moneter sebagai upaya stabilisasi. "Saat ini cadangan devisa terhadap utang jangka pendek masih bisa membantu," ujarnya.

Menurut Josua, tergerusnya cadangan devisa untuk stabilisasi nilai tukar juga terjadi karena adanya aliran modal keluar. "Secara year to date saja capital flight nya sekitar US$ 3,6 miliar, memang kalau dibanding periode yang sama tahun lallu jumlah ini masih lebih kecil," ujar dia.


Kepala Ekonom Maybank Indonesia Juniman menjelaskan pergerakan nilai tukar ini banyak outflow atau aliran modal keluar. Kondisi ini akan menekan cadangan devisa (cadev) namun aliran masuk sangat terbatas.

"Memang harus dorong ekspor, karena akan sulit dapat tambahan cadev kalau uang masuknya terbatas karena defisit," ujar dia.

Sebelumnya kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menjelaskan defisit neraca transaksi berjalan terjadi akibat tingginy impor dibandingkan ekspor.


Selain itu struktur ekspor membutuhkan perbaikan agar Indonesia tidak tergantung dengan komoditas saja. Menurut dia jika barang ekspor Indonesia hanya berbasis komoditas saja ini akan pengaruh di pasar dan harga, karena itu perlu diperbaiki.

"Lebih bagus kalau ekspor yang menghasilkan nilai tambah dan menghasilkan daya saing," kata Suhariyanto, pekan lalu. (dna/dna)

Hide Ads