"Kurs memang sempat agak gonjang-ganjing, sekarang pun belum normal benar, tetapi sudah lebih tenang," kata Darmin saat halalbihalal di kediamannya, Jakarta, Sabtu (16/6/2018).
Kondisi ini, kata Darmin, berkat respon pemerintah dan berbagai pihak dalam menghadapi tekanan pelemahan rupiah. Terutama langkah Bank Indonesia (BI) dalam menaikkan suku bunga acuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau Anda mengikuti ekonomi khususnya perdagangan, perdagangan kita dengan luar negeri kita defisit sejak 2-3 bulan terakhir, itu ikut memperngaruhi tekanan terhadap pelemahan rupiah," kata Darmin.
Baca juga: Antisipasi BI Hadapi Kenaikan Bunga AS |
"Tapi setelah kemudian kita kordinasi antara pemerintah, BI, OJK, LPS, itu situasi kemudian bisa lebih terkendali, dan market lebih percaya. Karena yang tadinya dianggap kita tidak respons dengan baik, akhirnya kita respon dengan baik, termasuk oleh BI," sambungnya.
Darmin mengatakan, menggenjot nilai ekspor merupakan upaya terbaik untuk membuat rupiah terus menguat. Selain itu, mendorong investasi masuk ke dalam negeri juga penting untuk dilakukan guna penguatan nilai tukar rupiah.
"Tapi ada hal yang tidak bisa diperbaiki hanya dengan langkah-langkah seperti itu. Kami ke depan harus mulai menghidupkan lagi investasi terutama bertujuan ekspor," kata dia.
Untuk diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari di atas Rp 14.000 per US$. Melansir Reuters, nilai tukar rupiah saat ini berada di posisi Rp 14.085 per US$.
Baca juga: Waspada! Marak SMS Penipuan Sejak THR Cair |