Dolar AS Mulai Jinak, Pemerintah Tak Lengah

Dolar AS Mulai Jinak, Pemerintah Tak Lengah

Hendra Kusuma - detikFinance
Senin, 10 Sep 2018 17:48 WIB
Dolar AS Mulai Jinak, Pemerintah Tak Lengah
Foto: Pradita Utama
Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan awal pekan ini, Senin (10/9/2018) pukul 09.00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.830. Melemah 0,1 % dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Namun begitu level ini masih lebih baik dibanding pembukaan pasar spot pada Jumat pekan lalu, saat US$ 1 dihargai Rp 14.865.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak akan membuat Indonesia krisis seperti 1998.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Menurut Mirza, mata uang rupiah masih tertolong oleh fundamental ekonomi nasional yang baik. Oleh karenanya, kondisi perekonomian tanah air masih aman.

"Jadi tidak menjadi sesuatu yang perlu dikhawatirkan karena fundamental ekonomi kita kuat. (masih) Aman," kata Mirza digedung DPR, Jakarta, Senin (10/9/2018).

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut semakin menguatnya Rupiah yang menjauh dari level Rp 15.000 per Dolar AS, tak lepas dari peran pemerintah, dan pengusaha yang telah menukar valutas asing yang mereka miliki.

Ia mengapresiasi beberapa langkah konkrit pemerintah untuk menurunkan defisit transaksi berjalan (CAD), di antaranya Perpres No 66 Tahun 2018 yang mengatur pemberian insentif pada minyak kelapa sawit (biodiesel) yang dicampur seluruh jenis solar. Juga Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang resmi merevisi naik tarif Pajak Penghasilan (PPh) 22 untuk 1.147 barang impor.

"B20 kan sudah implementasi terus kemarin Bu Menkeu (Sri Mulyani) sudah mengumumkan mengenai PPh impor," ujar Perry.



Jurus lain untuk menguatkan kembali nilai tukar rupiah adalah meningkatkan ekspor. Pertanian salah satu sektor yang potensial.

Menilik data Badan Pusat Statistik (BPS), selama kuartal II-2018 kenaikan ekspor pertanian menjadi paling tinggi dibanding sektor lain.

Kontribusi sektor pertanian dalam menyumbang pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) juga paling tinggi, mencapai 9,93%.

Kamis (6/9/2018) pekan lalu Menteri Pertanian Amran Sulaiman melepas ekspor 9 ribu ton manggis ke China di Bandara Ngurah Rai, Bali.


Manggis ekspor ini merupakan hasil panen kelompok tani di Desa Padanan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, Bali. China membuka pintu untuk manggis Indonesia sejak Desember 2017, setelah negosiasi panjang selama lima tahun oleh Badan Karantina Pertanian.

Pasar manggis sendiri cukup banyak. Selain China, ada Thailand, Singapura, Malaysia. Vietnam, Australia. Selandia Baru, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Perancis, Belanda, Italia, Swiss, Spanyol, Jerman, dan Inggris.

"Manggis buah unggulan ekspor yang eksotis. Indonesia sudah mengekspor buah ini ke 23 negara", jelas Amran. (hek/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads