Deputi Komisioner Bidang Strategi dan Logistik OJK Anto Prabowo kelompok investor pertama yang menunjukan keseriusan adalah perusahaan investasi yang bermarkas di Singapura, Lynx Asia. Namun investor ini tak mendapatkan restu dari OJK.
"Ini si bank yang mengajukan ini loh kita punya calon investor. Tapi kita lihat ini tidak sesuai," tuturnya di bilangan Cikini, Jakarta, Kamis (27/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
OJK tak memberikan restu lantaran skema penyuntikan modal yang ditawarkan berupa aset swap. OJK bukan melarang skema aset swap, melainkan pelaksanaan riilnya.
Anto menjelaskan, mekanisme aset swap sendiri ditujukan untuj memperbaiki kondisi keuangan perusahaan. Umumnya ada aset yang di-bundling dalam bentuk surat utang.
"Kemudian bond ini punya kupon. Dalam aturan OJK kalau bank punya bond harus ada ATMR-nya (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko). Nah aset swap di satu tempat bisa beda di tempat lain tergantung kriteria bond yang diterbitkan," terangnya.
Namun OJK mencium gelagat yang aneh. Lynx Asia menerbitkan bond namun tidak bisa ditransaksikan. Itu artinya bond tersebut tidak terdapat kupon serta tidak mendapatkan ratingm
"Lalu permintaan ATMR-nya nol untuk jangka waktu 20 tahun. OJK melihat ini punya risiko, karena nilai yang 20 tahun kemudian di present value jadi akan ikut selama 20 tahun. OJK mengatakan ini tidak memenuhi ketentuan kita. Sehingga kita melayangkan surat ke bank," terangnya.
OJK cenderung memilih kelompok investor yang membentuk konsorsium. Cara yang digunakan oleh konsorsium ini bersifat konservatif.
Para investor di dalamnya patungan yang kemudian akan menyuntikan modal melalui penerbitan saham baru (right issue). Mereka juga berkenan untuk menempatkan dananya dalam sebuah perjanjian legal atau escrow.
"OJK lebih convenient karena itu jelas. Punya uang, ada di escrow, bisa dieksekusi," tambah Anto.
Konsorsium ini terdiri dari pengusaha kenamaan seperti Ilham Habibie, Arifin Panigoro, Dato' Sri Tahir. Di dalamnya juga terdapat Lynx Asia dan SSG Hong Kong.
BMI sendiri akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 11 Oktober 2018 mendatang. Dalam rapat tersebut mengesahkan rencana right issue dari pemegang saham baru. (das/dna)