Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan perbankan nasional saat ini masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Misalnya dari tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga masalah permodalan.
Namun untuk tahun depan, ada tantangan yang masih harus dihadapi. Seperti likuiditas. "Kalau secara profitability, kredit bermasalah dan permodalan masih sangat oke. Sekarang dan tahun depan yang jadi tantangan adalah pertumbuhan dana pihak ketiga yang lebih lambat daripada kredit," kata Tiko kepada detikFinance, akhir pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekedar informasi dari data Bank Indonesia (BI) pertumbuhan kredit perbankan nasional periode September 2018 tercatat 12,7% lebih tinggi dibandingkan periode bulan sebelumnya 12,1%. Kemudian untuk dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 6,6% lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 6,9%.
Menurut Tiko, ini menjadi tantangan yang berat untuk perbankan. Karena itu bank harus mampu mencari sumber pendanaan dari luar DPK seperti rutin terbitkan surat utang dan sumber dana yang lain. "Memang harus mencari dana ke yang lain jangan DPK aja. Memang ke depan DPK pasti naik, tapi margin tren menurun masih oke lah ke arah 4%," jelas dia.
Sedangkan untuk tahun 2018 ini, Tiko meyakini jika kondisi bank masih kondusif. Jika dilihat dari net interest margin (NIM) masih di kisaran 5%.
"Terbukti dari 2 hingga 3 bulan ini meskipun currency Rp 15.000 per dolar AS nggak pengaruh ke perbankan," jelas dia.
Permodalan, kredit dan dana pihak ketiga (DPK) masih bagus dan harusnya secara stabilitas domestik masih oke.
"Memang isu kita lebih ke current account deficit (CAD). Karena itu suku bunga acuan yang dinaikkan 25 basis poin (bps) juga sangat penting. Supaya inflow terus jalan. Saya rasa pemerintah saat ini sudah melakukan langkah yang terbaik. Untuk menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia, suku bunga juga harus tetap dijaga," jelas dia.
Dari data Bank Indonesia (BI) rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan tercatat 22,9%. Rasio likuiditas (AL/DPK) 19,2% pada September 2018, meningkat dibandingkan posisi Agustus 2018 sebesar 18,3%. Selain itu, rasio kredit bermasalah/NPL tetap rendah yaitu sebesar 2,7% (gross) atau 1,2% (net).
Pertumbuhan kredit pada September 2018 tercatat sebesar 12,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12,1% (yoy). Adapun pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada September 2018 sebesar 6,6% (yoy), sedikit menurun dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 6,9% (yoy).
Sementara itu, pembiayaan ekonomi melalui pasar modal, penerbitan saham (IPO dan rights issue), obligasi korporasi, Medium Term Notes (MTN), dan Negotiable Certificate of Deposit (NCD) selama Januari hingga September 2018 tercatat sebesar Rp 168,1 triliun (gross), turun dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017 sebesar Rp205,9 triliun (gross).
Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit 2018 sekitar 12% (yoy), sedangkan pertumbuhan DPK diprakirakan sekitar 8% (yoy). Bank Indonesia akan terus memantau kecukupan dan distribusi likuiditas di perbankan agar tetap konsisten dengan upaya turut menjaga stabilitas sistem keuangan. (kil/zlf)