Direktur Utama BRI Suprajarto mengatakan tahun ini jumlah obligasi yang jatuh tempo sekitar Rp 17 triliun. Untuk itu pihaknya mempersiapkan penerbitan obligasi global.
"Jadi global bond ini lebih untuk cover bond-bond yang jatuh tempo," tuturnya di Gedung BRI, Jakarta, Rabu (31/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Green bond bukan hanya untuk likuiditas tapi juga untuk pembiayaan yang green acceptable," tambahnya.
Sekedar informasi, hari ini BRI menyampaikan kinerja keuangannya di 2018. Tercatat laba bersih perseroan tumbuh 11,6% menjadi Rp 32,4 triliun.
BRI Yakin Laba Bersih 2019 Bisa Naik 12%
BRI masih optimistis untuk melanjutkan kinerja positifnya tahun ini. Perusahaan yakin laba bersih tahun ini akan tumbuh double digit.
Suprajarto mengatakan, tahun pihaknya menargetkan laba bersih tumbuh sekitar 10-12%. Pada 2018 sendiri BRI mampu mengantongi laba bersih sebesar Rp 32,4 triliun
"Jadi kalau sekarang Rp 32,4 t barang kali kali tumbuh 10% kurang lebih Rp 36-37 triliun. Tapi kita lebih ke prosentase," terangnya.
Tahun ini perusahaan juga menargetkan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) sebesar 7,2%. Target NIM itu turun dari posisi 2018 sebesar 7,3%.
Menurut Suprajarto menurutnya NIM nantinya bukan berarti laba bersih perseroan akan turun. Sebab masih sumber pendapatan lainnya. Untuk fee base income sendiri ditargetkan tumbuh 14%.
Untuk 2018, BRI sendiri mampu mengantongi fee base income dan pendapatan lainnya sebesar Rp 23,4 triliun. Angka itu tumbuh 22,7% dari 2017 sebesar Rp 19,1 triliun.
Sekedar informasi, laba bersih BRI di 2018 sebesar Rp 32,4 triliun. Angka itu tumbuh 11,6% dari perolehan laba bersih di 2017 sebesar Rp 29 triliun.
Baca juga: BRI Cetak Laba Rp 32 Triliun, Naik 11% |
Perolehan laba juga masih topang dari bisnis inti perusahaan yakni sektor UMKM. Hingga akhir Desember 2018 portofolio penyaluran kredit BRI di segmen UMKM sebesar Rp 645,7 triliun.
Total penyaluran kredit BRI di 2018 mencapai Rp 843,6 triliun yang tumbuh 14,1%. Itu artinya kredit BRI di segmen UMKM mencapai 76,5% dari total penyaluran kredit.
Sepanjang 2018 BRI juga mampu menjaring dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 944,3 triliun atau tumbuh 12,2%. Sementara untuk rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross BRI masih berada di level 2,27%.
Sementara untuk aset BRI di akhir Desember 2018 tercatat sebesar Rp 1.296,9 triliun. Angka itu naik 15,2% dibandingkan posisi Desember 2017 sebesar Rp 1.126,2 triliun.