Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting menjelaskan memang belum ada pembatasan tentang kepemilikan asing di SBN. Jumlah itu bahkan sudah lebih tinggi dari posisi 2 Juli sebesar Rp 991 triliun.
"Ya sebenarnya kalau dibilang kan kita belum ada pebatasan, tapi kalau referensi pemerintah lebih seneng dibeli sama investor domestik. Iya sudah tembus (Rp 1.000 triliun)," ujar Loto di sela-sela peluncuran Surat Utang Negara (SUN) ritel berbasis online (e-SBN) yang diberi nama SBR007, di Almond Zucchini, Jakarta, Kamis (11/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Loto minat investor asing terhadap SBN Indonesia belakangan ini cukup tinggi. Menurutnya hal itu menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan negara dipercaya investor asing.
"Makaya saya bilang tadi ritel ambil, ini kesempatan. Kalau enggak, nanti peluang itu ya diambil oleh asing," tambahnya.
Kepemilikan asing sendiri saat ini sudah mencapai sekitar 40% dari profil SBN yang sudah diterbitkan. Pemerintah berharap investor domestik baik ritel maupun institusi bisa mengambil peran yang lebih besar ke depannya.
"Harapan kami begitu. Tapi kan ya gimana, seberapa agresif antara asing dan domestik. Domestik bukan hanya ritel, asuransi, dana pensiun, mutual fund bank. Kalau domestik lebih agresif tentunya secara perlahan asing bisa turun, tapi kalau agresifnya asing ini ya bisa lebih diborong asing," ujarnya.
Jika pasar SBN Indonesia dikuasai asing, maka posisi ini bisa sangat rentan. Jika saja ada gejolak ekonomi global, maka berpotensinya banyaknya dana yang keluar dari pasar SBN.
Pemerintah pun melakukan upaya meningkatkan peran investor ritel dengan menerbitkan banyak SBN ritel. Ditargetkan porsi investor ritel bisa mencapai 9-10%.
(das/hns)