Bunga Acuan BI Turun, DP KPR dan Kendaraan Bermotor Ikut Turun

Bunga Acuan BI Turun, DP KPR dan Kendaraan Bermotor Ikut Turun

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 20 Sep 2019 10:24 WIB
1.

Bunga Acuan BI Turun, DP KPR dan Kendaraan Bermotor Ikut Turun

Bunga Acuan BI Turun, DP KPR dan Kendaraan Bermotor Ikut Turun
Foto: Sylke Febrina Laucereno/detikFinance
Jakarta - Bank Indonesia (BI) telah tiga bulan berturut-turut menurunkan suku bunga acuan. Hasil rapat dewan gubernur (RDG) kali ini, BI memangkas bunga acuan 25 bps menjadi 5,25%.

Selain pemangkasan bunga, BI juga memberikan kejutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Apa saja kebijakan kejutan dari BI?

Berikut berita selengkapnya:




Hasil rapat dewan gubernur (RDG) mengumumkan BI mengambil banyak keputusan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Keputusan tersebut mulai dari merelaksasi kredit properti dan kendaraan bermotor yang imbasnya uang muka jadi lebih ringan. Kemudian relaksasi rasio intermediasi makroprudensial. BI juga memperkuat strategi moneter untuk mendukung upaya menjaga kecukupan likuiditas dan meningkatkan efisiensi pasar uang sehingga memperkuat transmisi bauran kebijakan yang akomodatif.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan ada beberapa alasan BI mengambil kebijakan secara bertubi-tubi. Pertama, Perry menyebut sejak awal tahun memang BI mengarahkan kebijakan untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.

"Sekaligus untuk langkah preemptive terhadap dampak dari ketegangan perdagangan dunia dan penurunan ekonomi global," kata Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis (19/9/2019).

Dia menjelaskan, sejak 3 bulan terakhir BI sudah memperkirakan kemungkinan dampak negatif dari ekonomi dunia. Perry menyebut, BI sebelumnya sudah melakukan pelonggaran likuiditas tak hanya melalui operasi moneter namun juga melalui giro wajib minimum (GWM).

Tahun lalu, BI juga sudah melonggarkan LTV dan melonggarkan RIM. "Langkah ini perlu diperkuat sebagai antisipasi dampak negatif perdagangan di dunia. Evaluasi kami memang melihat perdagangan dunia yang mempengaruhi asumsi kami untuk pertumbuhan ekonomi global," jelas dia.

Kondisi-kondisi tersebut akan berdampak dan akan mempengaruhi daya dukung perekonomian Indonesia.

"Kita antisipasi agar mendukung perekonomian. Volume perdagangan dunia tentu akan memberi tekanan terhadap ekspor, ke depan kalau kita tidak tempuh langkah lebih lanjut dampak bisa mengganggu ekonomi. Maka kita menempuh untuk melanjutkan kebijakan," jelasnya.

Alasan penurunan suku bunga karena inflasi saat ini rendah, stabilitas ekonomi eksternal terjaga dan neraca pembayaran surplus. Hal tersebut membuat BI mengambil kebijakan dalam waktu yang sudah diperhitungkan.

"Kenapa baru sekarang? Inikan 3 bulan kita akan evaluasi lagi, dampak perdagangan dunia, langkah lanjutan yang akomodatif untuk melanjutkan momentum pertumbuhan ekonomi ke depan. Apakah ada kaitannya dengan bunga Fed yang turun semalam? Nggak ada, karena kita sudah perkirakan sebelumnya kalau mereka akan turunkan," jelas Perry.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan uang muka KPR turun 5% dan untuk kendaraan bermotor turun 5-10% per 2 Desember 2019.

"BI juga longgarkan LTV untuk kredit pembiayaan properti sebesar 5%. Uang muka kendaraan bermotor kisaran 5-10%," ujar Perry di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis (19/9/2019).

Selain itu, BI juga memberikan keringanan uang muka kendaraan bermotor ramah lingkungan 5%.

"Serta tambahan keringanan rasio LTV/FTV untuk kredit properti uang muka kendaraan bermotor berwawasan lingkungan masing-masing 5%," ujarnya.

Kebijakan ini berlaku per 2 Desember 2019 mendatang.

"Secara keseluruhan 10% dari saat ini. ketentuan ini berlaku 2 Desember 2019," tuturnya.

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan pelonggaran kebijakan BI sejatinya demi meningkatkan konsumsi rumah tangga. Namun sayang dampaknya belum tercatat di kuartal IV-2019.

"Ya kalau menurut saya paling cepat baru awal tahun depan (dampaknya), ini kan sudah mau masuk Oktober, baru kuartal I tahun depan," kata David saat dihubungi detikcom.

David menjelaskan, setiap kebijakan moneter yang diputuskan tidak bisa langsung berdampak terhadap beberapa komponen pertumbuhan ekonomi, salah satunya adalah tingkat konsumsi rumah tangga.

Pelonggaran uang muka untuk kendaraan bermotor dan properti khususnya kepemilikan rumah untuk mendorong masyarakat yang berbelanja. Dengan kegiatan itu, maka tingkat konsumsi pun ikut bertumbuh.

"Kalau sekarang mungkin nggak langsung berpengaruh dalam pemberian kreditnya, perlu waktu satu dua bulan penyesuaian dan juga sebenarnya harus dikombinasi dengan kebijakan lain dari sisi pemerintah," jelas dia.

Meski demikian, David mengaku bahwa kebijakan BI tersebut diharapkan bisa meningkatkan kinerja penjualan kendaraan bermotor khususnya mobil yang tercatat minus 13%.

"Memang sebenarnya dalam rangka mendorong permintaan domestik. Kalau dilihat dari sisi global perang dagang ini dampaknya tidak begitu baik, perdagangan internasional ekspor kita juga nggak begitu bagus," ungkap dia.

Hide Ads