DPR Usul BI Cetak Uang Rp 600 T, Awas Inflasi Tinggi Menghantui RI

DPR Usul BI Cetak Uang Rp 600 T, Awas Inflasi Tinggi Menghantui RI

Vadhia Lidyana - detikFinance
Kamis, 30 Apr 2020 14:19 WIB
BUMN percetakan uang, Perum Peruri dibanjiri pesanan cetak uang dari Bank Indonesia (BI). Pihak Peruri mengaku sangat kewalahan untuk memenuhi pesanan uang dari BI yang mencapai miliaran lembar. Seorang petugas tampak merapihkan tumpukan uang di cash center Bank Negara Indonesia Pusat, kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (21/10/2013). (FOTO: Rachman Haryanto/detikFoto)
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Badan Anggaran DPR RI mengusulkan kepada pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk mencetak uang hingga Rp 600 triliun untuk menyelamatkan ekonomi dari dampak virus Corona (COVID-19).

Usulan tersebut sebelumnya sudah pernah ditanyakan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Namun, menurutnya ada potensi inflasi tinggi yang mengikuti usulan cetak uang tersebut jika prosesnya tak dilakukan dengan cermat.

Senada dengan Sri Mulyani, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memprediksi akan terjadi inflasi tinggi yang melanda Indonesia akibat pencetakan uang ratusan triliun ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mencetak uang tanpa ada underlying asset yang jelas ini bisa menimbulkan dampak pada inflasi tinggi," kata Bhima kepada detikcom, Kamis (30/4/2020).

Ia menyayangkan usulan DPR ini yang diberikan tanpa kajian secara menyeluruh. Menurutnya, Indonesia saat ini sudah dihadapi dengan prediksi krisis pangan, jangan lagi ditambah dengan potensi inflasi tinggi.

ADVERTISEMENT

"Kita sudah menghadapi krisis pangan, ditambah lagi ada upaya penambahan supply uang tapi tidak berdasarkan pada permintaan ini bisa menyebabkan hyper inflasi atau inflasi yang sangat tinggi. Ujungnya bisa memukul daya beli masyarakat," urai Bhima.

Menurut Bhima, jika uang yang dicetak BI itu nantinya dialirkan ke korporasi, ada potensi penyelewengan yang sangat besar.

"Kalau pemanfaatan tidak bisa tepat sasaran, atau tidak bisa dipertanggungjawabkan ini bahaya. Apalagi kalau ada injeksi sampai ke korporasi. Kita tahu bahwa moral hazard-nya sangat besar. Mungkin nanti cetak uang ini masuk kepada korporasi, ternyata uangnya tidak digunakan untuk menggaji karyawan misalnya atau uangnya tidak digunakan untuk mensuplai kredit kalau itu perbankan," jelas dia.

Bahkan, prediksi terparahnya, kasus serupa Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dan Bank Century akan terulang kembali, di mana dana bantuan yang dikucurkan pemerintah berpotensi diselewengkan.

"Yang dikhawatirkan ini justru akan dibawa lari oleh para pemilik modal yang tidak bertanggung jawab. Ini justru bisa menimbulkan geger bailout yang lebih besar dari pada BLBI dan skandal Bank Century digabung sekaligus," ujar Bhima.

Ia berpendapat, usulan tersebut pada akhirnya bukan menyelamatkan, namun justru mengganggu perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.

"Menurut saya ini penyelamatan yang hanya menguntungkan korporasi, dan dampaknya juga belum bisa dijabarkan pada sektor riil, ini menurut saya risikonya justru mengganggu perekonomian dalam jangka panjang," pungkasnya.



Simak Video "Video: Tampang Penipu yang Ngaku Bisa Gandakan Uang di Cilacap"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads