"Kalau kita lihat April-Mei-Juni asing sudah masuk tapi baru sekitar Rp 20-an triliun. Trennya membaik, tapi size-nya masih belum besar," kata Handy dalam diskusi online Mandiri Economic Outlook 2020, Rabu (17/6/2020).
Aliran dana asing yang berangsur masuk ini jugalah yang menyebabkan nilai tukar rupiah terus menguat.
"Nah ini yang menjelaskan kenapa ada perbaikan yield, kenapa ada perbaikan dari sisi rupiah karena tekanan jual asingnya sudah jauh berkurang," terang dia.
Dengan kondisi tersebut, menurut Handy peluang pasar obligasi rupiah untuk terus diincar asing tetap ada.
"Apakah ini akan berlanjut atau tidak? Kalau dari sisi flow, asing sudah masuk, fundamental ekonomi harusnya kita relatif masih bagus. Kalau seandainya global sentimen ini masuk, saya termasuk di kubu yang percaya perbaikan di pasar obligasi masih akan bisa berlanjut," ungkap Handy.
Ia berpendapat, tren yang membaik ini utamanya disebabkan sentimen global juga terus membaik terhadap Indonesia. Sehingga, tanpa perlu intervensi dari Bank Indonesia (BI), pasar obligasi rupiah berpotensi terus menunjukkan pertumbuhan yang positif.
"Kalau melihat reli yang terjadi di bulan Mei dan Juni ini tidak banyak intervensi yang terjadi di Indonesia. Jadi ini benar-benar market mechanism. Jadi kalau sentimennya membaik kita akan bisa melihat perbaikan di pasar obligasi berlanjut. Overall kalau kita bicara sampai dengan bulan Juni ini pasar obligasi masih memberikan kinerja yang lebih baik dibandingkan saham, kalau pakai data per Mei kemarin, year to date pasar obligasi rupiah return-nya masih plus 2%," pungkasnya.
(hns/hns)