Laba 4 Bank BUMN 'Kena' Corona

Laba 4 Bank BUMN 'Kena' Corona

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 20 Agu 2020 09:00 WIB
BUMN percetakan uang, Perum Peruri dibanjiri pesanan cetak uang dari Bank Indonesia (BI). Pihak Peruri mengaku sangat kewalahan untuk memenuhi pesanan uang dari BI yang mencapai miliaran lembar. Seorang petugas tampak merapihkan tumpukan uang di cash center Bank Negara Indonesia Pusat, kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (21/10/2013). (FOTO: Rachman Haryanto/detikFoto)
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Pandemi virus Corona membuat perekonomian terbatas dan menekan kinerja industri keuangan termasuk perbankan. Empat bank BUMN mencatatkan penurunan pada perolehan laba bersih semester I tahun ini. Penyebabnya adalah COVID-19 yang membuat banyak sektor terhenti dan bank dipaksa harus melakukan restrukturisasi kredit yang berjalan.

Selain itu bank juga harus menghadapi kenyataan jika penurunan permintaan kredit makin dalam. Sehingga potensi pendapatan dari bunga juga terus berkurang. Berapa besar penurunan laba bersih ini?

Bank Mandiri yang mencatatkan laba bersih Rp 10,29 triliun atau merosot 23,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 13,53 triliun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar menyebut meskipun ada penurunan laba bersih, namun likuiditas perseroan masih berada dalam posisi yang aman untuk mendorong ekspansi.

"Fokus Bank Mandiri saat ini mendorong pertumbuhan dengan penyaluran kredit yang selektif, berkontribusi kredit PEN dan restrukturisasi debitur yang terdampak pandemi," kata Royke dalam konferensi pers virtual, Rabu (19/8/2020).

ADVERTISEMENT

Bank Mandiri masih mencatatkan pertumbuhan kredit secara konsolidasi 4,38% menjadi Rp 871,7 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 835,1 triliun. Kemudian dana pihak ketiga (DPK) naik signifikan mencapai 15,82% menjadi Rp 976,6 triliun dengan dana murah 61,9%.

Kualitas kredit Bank Mandiri juga tertekan akibat pandemi, tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) yang naik menjadi 3,28% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 2,59%.

Selain Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga mencatatkan penurunan laba bersih. Semester I ini laba bersih BRI tercatat Rp 10,2 triliun merosot 36,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 16,16 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso menyebut secara terang-terangan jika pandemi COVID-19 ini menekan kinerja perseroan. Apalagi BRI juga memberikan restrukturisasi kredit untuk pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

"Sejak awal pandemi, kami telah fokus berupaya menyelamatkan dan membantu kebangkitan UMKM," ujar Sunarso.Penyaluran kredit BRI tercatat Rp 922,97 triliun tumbuh 5,32%. Dana pihak ketiga (DPK) BRI tercatat Rp 1.072,5 triliun tumbuh 13,49% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kemudian PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mencatatkan laba bersih menjadi Rp 768 miliar atau turun 40% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,3 triliun.

Direktur Utama BTN Pahala Mansyuri mengungkapkan dalam kondisi seperti ini BTN melakukan pemupukan pencadangan, likuiditas dan meningkatkan bisnis dengan kehati-hatian.

Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) BTN naik 107,9% dibandingkan sebelumnya yang hanya 37,87%. Penyaluran kredit BTN tercatat Rp 251,83 triliun tumbuh 0,32% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 251,04 triliun.

Kemudian Bank Negara indonesia (BNI) mencatat laba bersih Rp 4,46 triliun turun 41,54% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 7,63%.

Direktur Layanan dan Jaringan BNI Adi Sulistyowati mengungkapkan pertumbuhan kredit yang selektif dan terukur dan disertai dengan penurunan beban bunga yang signigikan menghasilkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 1%.




(kil/fdl)

Hide Ads