Bank for International Settlements (BIS) mencatat surat utang denominasi dolar Amerika Serikat (AS) berkembang melewati US$ 4 triliun. Hal ini terjadi untuk pertama kalinya setelah penerbitan dilakukan selama krisis COVID-19.
Dilansir dari Reuters, Senin (26/10/2020), payung dari bank sentral tersebut mengatakan lonjakan 14% dalam penerbitan utang selama April-Juni telah mendorong kenaikan 7% year on year (yoy).
Biaya pinjaman dolar telah turun sejak Federal Reserve memangkas suku bunganya menjadi hampir nol tahun ini. Namun, pasar negara berkembang sering diperingatkan tentang 'dosa asal' karena tidak dapat membayar kembali utang dolar ketika mata uang negara asal mereka jatuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konsisten dengan beberapa kuartal terakhir, kredit ke Afrika dan Timur Tengah mencatat tingkat pertumbuhan tertinggi pada 14%, didorong oleh negara-negara di Timur Tengah.
Negara berkembang di Asia-Pasifik dan Amerika Latin mengalami peningkatan masing-masing 9% dan 5% dari tahun ke tahun.
Sebaliknya, negara berkembang Eropa mengalami penurunan 5%. Penurunan terlihat selama enam tahun terakhir karena kredit dalam mata uang euro menjadi lebih penting bagi kawasan tersebut.
Kredit dalam mata uang euro yang beredar di negara berkembang Eropa, yang mencakup negara-negara seperti Polandia, Republik Ceko, Hongaria, dan Rumania, melampaui kredit dolar dalam hal jumlah keseluruhan awal tahun ini.
(dna/dna)