Marak Gagal Bayar Investasi, Siapa Harus Tanggung Jawab?

Marak Gagal Bayar Investasi, Siapa Harus Tanggung Jawab?

Danang Sugianto - detikFinance
Minggu, 22 Nov 2020 22:33 WIB
Ilustrasi Penipuan
Foto: Ilustrasi by Mindra Purnomo
Jakarta -

Catatan hitam dari kasus gagal bayar investasi Indonesia semakin bertambah. Mulai dari investasi berkedok koperasi, investasi syariah berupa kebun kurma, hingga yang terbaru Jouska dan Indosterling Optima Investa (IOI).

Seluruh kasus gagal bayar investasi yang terjadi semakin membuat citra investasi begitu menakutkan. Tak sedikit dari para korban gagal bayar investasi merasa kapok.

Banyaknya kasus gagal bayar juga berdampak bagi generasi penerus seperti para milenial. Jika semakin berkurang masyarakat yang mau berinvestasi dampak apa yang bakal timbul?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho menerangkan, jika semakin sedikit masyarakat yang melakukan investasi, maka akan semakin banyak masyarakat yang terkikis daya belinya karena tergerus inflasi.

"Inflasi itu ambilah 3,5% per bulan. Kalau misalnya hanya nabung di bank kan bunganya paling 3%, itu pun 1 tahun. Artinya 3% dibagi 12. Jadi mungkin orang uangnya akan bertambah tapi daya belinya turun," terangnya kepada detikcom, Minggu (22/11/2020).

ADVERTISEMENT

Jika daya beli masyarakat berkurang maka dampaknya juga akan berpengaruh kepada industri karena penjualan yang menurun. Jika ditarik lagi, penjualan industri menurun maka akan berdampak pada lapangan pekerjaan. Ujung-ujungnya pertumbuhan ekonomi akan merosot.

Menurut Andy, fenomena yang terjadi saat ini lantaran kurangnya pengawasan dari otoritas terkait seperti Otoristas Jasa Keuangan (OJK). Seharusnya pengawasan diperketat bukan hanya ketika sebuah investasi baru mau beroperasi tapi juga saat menjalankan bisnis investasinya.

Sedangkan Perencana keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Asad menilai, OJK dan pemangku kepentingan lainnya terkait investasi kurang maksimal dalam memberikan edukasi. Jika masyarakat terpenuhi dalam informasi mengenai investasi, kemungkinan terjebak dalam investasi yang merugikan bisa diperkecil.

"Jadi harus lebih banyak edukasi lagi. PR-nya ini terus digencarkan edukasi jangan kalah dengan informasi berita gagal bayarnya. Sehingga masyarakat bisa lebih melek investasi ketimbang takut mendengar kabar gagal bayar," ucapnya.

(das/dna)

Hide Ads