Harga Bahan Pokok Naik Kerek Inflasi di Purwokerto dan Cilacap

Harga Bahan Pokok Naik Kerek Inflasi di Purwokerto dan Cilacap

Arbi Anugrah - detikFinance
Senin, 07 Des 2020 21:05 WIB
Badan Pusat Statistik mencatat angka inflasi selama November 2019 sebesar 0,14%. Kenaikan harga bawang ikut memicu inflasi sepanjang bulan ini.
Ilustrasi/Foto: Rifkianto Nugroho
Purwokerto -

Laju inflasi di Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas dan Cilacap pada November 2020 menjadi yang tertinggi di Jawa Tengah. Pada bulan November 2020 saja, Purwokerto dan Cilacap mencatatkan inflasi sebesar 0,39 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), atau meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 0,07% (mtm).

"Laju inflasi Purwokerto terpantau lebih tinggi dibandingkan inflasi Nasional dan Jawa Tengah yang masing-masing tercatat sebesar 0,28% (mtm) dan 0,18% (mtm), serta bersama Cilacap menjadi kota dengan inflasi tertinggi di Provinsi Jawa Tengah," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Samsun Hadi, dalam pesan tertulisnya kepada wartawan, Senin (7/12/2020).

Laju inflasi di Purwokerto dan Cilacap memang jauh lebih tinggi dibandingkan Kota Semarang yang tercatat inflasi 0,13% (mtm), Tegal 0,28 persen (mtm), Surakarta 0,17% (mtm), dan Kudus 0,24% (mtm).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara umum, Purwokerto dan Cilacap tercatat mengalami inflasi yang meningkat pada November 2020, seiring dengan mulai meningkatnya harga komoditas kelompok bahan makanan, minuman dan tembakau, terutama daging ayam ras, telur ayam ras dan bawang merah.

"Peningkatan harga terjadi sejalan dengan mulai meningkatnya permintaan menjelang periode akhir tahun dan libur hari besar keagamaan (Nataru). Kenaikan harga daging ayam ras diperkirakan juga terjadi menyusul pemangkasan produksi (cutting program) untuk mengatasi anjloknya harga ditingkat peternak pada 4 bulan terakhir," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Sedangkan kenaikan harga bawang merah diperkirakan juga dipicu oleh berkurangnya produksi akibat musim hujan tinggi dan banjir yang melanda beberapa daerah, antara lain Cilacap. Di sisi lain, inflasi kedua kota tertahan oleh menurunnya harga emas perhiasan sejalan dengan perkembangan harga emas global.

Meskipun laju inflasi pada bulan November 2020 cukup tinggi. Namun laju inflasi Kota Purwokerto secara tahunan tercatat sebesar 1,98 secara tahunan (yoy), terkendali dan berada di bawah rentang sasaran inflasi 2020 sebesar 3 persen Β±1 persen (yoy). Capaian inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi November pada tiga tahun terakhir (2017 s.d 2019) sebesar 3,01 persen (yoy).

"Inflasi Purwokerto pada bulan November 2020 bersumber dari peningkatan harga komoditas pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberikan andil sebesar 0,36 persen, terutama bersumber dari komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, minyak goreng, dan rokok kretek filter. Di sisi lain, inflasi tertahan oleh penurunan harga pada komoditas beras, emas perhiasan, dan buah-buahan," ujarnya.

Sementara laju inflasi tahunan Kota Cilacap tercatat sebesar 1,93 persen (yoy). Lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi tahunan November selama tiga tahun terakhir yaitu sebesar 3,13 persen (yoy).

"Inflasi pada November 2020 terutama didorong oleh peningkatan harga komoditas kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan kontribusi sebesar 0,40 persen. Beberapa komoditas yang menyumbang inflasi antara lain daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, cabai rawit, dan minyak goreng. Adapun inflasi tertahan oleh penurunan harga pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, terutama bersumber dari emas perhiasan," ucapnya.

Berdasarkan data tersebut, Samsun menyatakan, inflasi tahunan Kota Purwokerto dan Cilacap pada tahun 2020 diperkirakan lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya.

"Beberapa hal yang berpotensi menahan laju inflasi, antara lain terbatasnya konsumsi dan daya beli masyarakat di tengah pandemi COVID-19, serta pasokan bahan pangan utama yang relatif mencukupi ditengah kondisi cuaca yang kondusif sampai dengan triwulan III 2020. Adapun risiko pendorong inflasi di akhir tahun antara lain potensi La Nina mulai Oktober 2020 yang dapat memicu terjadinya curah hujan tinggi dan banjir, serta masih munculnya andil inflasi cukai rokok," lanjutnya.

(eds/eds)

Hide Ads