The Fed Perpanjang Program Bantuan Pinjaman UMKM AS

The Fed Perpanjang Program Bantuan Pinjaman UMKM AS

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 30 Des 2020 09:54 WIB
Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah akhirnya tembus ke level Rp 15.000. Ini adalah pertama kalinya dolar AS menyentuh level tersebut pada tahun ini.
Ilustrasi/Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Bank Sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed menyatakan telah memperpanjang Main Street Lending Program selama delapan hari ke depan. Program pinjaman ini diserbu setelah Pemerintah Donald Trump mengatakan akan menghentikan fasilitas kredit darurat dan bantuan lainnya yang didirikan oleh bank sentral AS.

Dilansir Reuters, Rabu (30/12/2020), program pinjaman tersebut ditujukan untuk pelaku bisnis kecil dan menengah yang membutuhkan kredit untuk melewati masa resesi yang dipicu oleh pandemi virus corona. Program ini diperpanjang 8 hari setelah sebelumnya diputuskan berakhir di 31 Desember 2020.

The Fed meyakini perpanjangan program ini akan disetujui oleh Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. Perpanjangan itu juga akan memberi bank sentral waktu untuk memproses dan menyalurkan pinjaman yang diajukan ke portal pemberi pinjaman mulai dari sebelum 14 Desember 2020.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini merupakan salah satu program yang paling menantang bagi The Fed untuk menjalankannya. Kebijakan ini menjadikan The Fed sebagai kreditor untuk pelaku UMKM, padahal lembaga ini merupakan penyangga pasar keuangan dan pemberi pinjaman terakhir kepada bank dan perusahaan Wall Street.

Dalam upaya untuk meningkatkan partisipasinya The Fed mengubah program ini beberapa kali. Misalnya menurunkan jumlah pinjaman minimum menjadi US$ 100.000 dan membuka pintu bagi kelompok nirlaba. Program dengan target penyaluran US$ 600 miliar itu menghasilkan pinjaman hanya US$ 5 miliar dalam lima bulan pertama.

ADVERTISEMENT

Tetapi sejak penghentian program diumumkan oleh Mnuchin, volume pengajuan pinjaman melonjak drastis. Pada 23 Desember, terdapat pengajuan pinjaman sebesar US$ 14,59 miliar. Angka itu hampir tiga kali lipat dari jumlah di empat minggu sebelumnya.

Kenaikan permintaan bertepatan dengan perlambatan ekonomi setelah rebound awal dari akhir musim semi hingga musim panas.

(das/ara)

Hide Ads