Per November Uang Beredar Tembus Rp 6.817 Triliun

Per November Uang Beredar Tembus Rp 6.817 Triliun

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 30 Des 2020 12:22 WIB
Pengembalian Uang Korupsi Samadikun

Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta Toni Spontana (tengah) menyerahkan secara simbolis kepada Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Sulaiman A. Arianto (ketiga kanan) uang ganti rugi korupsi Bantuan Likuidasi Bank Indonesia (BLBI) dengan terpidana Samadikun Hartono di Gedung Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (17/5/2018). Mantan Komisaris Utama PT Bank Modern Samadikun Hartono terbukti korupsi dana talangan BLBI dan dihukum 4 tahun penjara serta diwajibkan mengembalikan uang yang dikorupsinya sebesar Rp 169 miliar secara dicicil. Grandyos Zafna/detikcom

-. Petugas merapihkan tumpukan uang milik terpidana kasus korupsi BLBI Samadikun di Plaza Bank Mandiri.
Foto: grandyos zafna
Jakarta -

Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada November 2020 sebesar Rp 6.817,5 triliun atau tumbuh 12,2%.

Dari publikasi BI disebutkan perkembangan ini disebabkan oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) yang melambat menjadi 15,8% dari pertumbuhan Oktober 2020 sebesar 18,5% sejalan peredaran uang kartal dan simpanan giro Rupiah yang melambat.

"Giro Rupiah tumbuh 16,75%, kemudian dana float atau saldo uang elektronik yang diterbitkan mengalami penurunan," tulis publikasi tersebut, dikutip Rabu (30/12/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selanjutnya posisi uang beredar kartal di masyarakat (luar perbankan dan BI) pada November 2020 tercatat Rp 712,6 triliun atau tumbuh 14,5%.

Perlambatan ini terjadi karena mulai normalnya kebutuhan masyarakat paska libur panjang di akhir Oktober 2020. Sementara itu untuk uang kuasi yang memiliki pangsa terhadap M2 sebesar 73,3% dengan nilai sebesar Rp 4.994,4 triliun naik menjadi 11,1%.

ADVERTISEMENT

Surat berharga selain saham masih tumbuh negatif yakni -5,8% disebabkan oleh meningkatnya surat berharga yang dimiliki perusahaan keuangan selain bank dalam rupiah.

BI juga menjelaskan aktiva dalam negeri bersih mengalami peningkatan 12,9%. Perkembangan didorong oleh peningkatan pertumbuhan lainnya seperti pembelian SBN oleh BI dan pertumbuhan ekspansi keuangan pemerintah yang masih tinggi.

Operasi keuangan pemerintah yang tercermin melalui tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat masih tumbuh pada level yang tinggi meskipun tidak setinggi pertumbuhan bulan sebelumnya dari 81,65% menjadi 66,5% pada November 2020.

"Perlambatan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan kewajiban kepada Pemerintah pusat, terutama berupa simpanan pemerintah pad sistem moneter," jelasnya.

(fdl/fdl)

Hide Ads