Ini Jawaban Bos BCA Soal DPK yang Naik Jadi Rp 840 Triliun

Ini Jawaban Bos BCA Soal DPK yang Naik Jadi Rp 840 Triliun

Danang Sugianto - detikFinance
Senin, 08 Feb 2021 18:07 WIB
Jahja Setiaatmadja adalah Presiden Direktur BCA
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja/Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Sepanjang 2020, kredit PT Bank Central Asia Tbk (BCA) turun. Sementara dana pihak ketiga (DPK) yang mengendap di BCA semakin bertambah.

Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja menegaskan, biar bagaimanapun penyaluran kredit adalah hal yang paling menguntungkan bagi bank. Oleh karena itu dirinya membantah jika ada tanggapan perusahaan menahan diri dalam penyaluran kredit di 2020.

"Jadi yang paling menguntungkan, nah ini jangan sampai salah, adalah kalau bank melepas kredit. Itu paling menguntungkan. Jadi kalau ditanya kita nggak mau melepas kredit, ya memang kita lebih prudent karena suasana COVID, tapi target kita kredit," tegasnya dalam konferensi pers virtual, Senin (8/2/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sepanjang 2020 total DPK BCA mencapai Rp 840,8 triliun. Angka itu naik 19,3% dari tahun sebelumnya. DPK itu terdiri dari dana murah atau current account and savings account (CASA) yang tumbuh 21% menjadi Rp 643,9 triliun dan deposito berjangka yang naik 14% menjadi Rp 196,9 triliun.

Sementara secara konsolidasi total kredit BCA tercatat sebesar Rp 588,7 triliun. Angka itu turun 2,5% jika dibandingkan penyaluran kredit di 2019.

ADVERTISEMENT

"Nah karena DPK bertambah terus mau tidak mau ada uang yang belum bisa kita tempatkan di kredit itu, karena memang secara prudent kita lebih hati-hati. Kita sibuk restrukturisasi juga selama 2020, kita sibuk aktivitas virtual, itu semua memecah konsentrasi kita," terangnya.

Jahja mengakui sepanjang 2020 BCA memang bersikap hati-hati karena ekonomi yang terdampak pandemi COVID-19. Perusahaan lebih memilih untuk menempatkan DPK jumbo itu ke Surat Berharga Negara (SBN) dan kelebihannya ditempatkan di surat berharga yang diterbitkan Bank Indonesia (SBI).

Meski ditempatkan lebih banyak di SBN, menurut Jahja yang dilakukan BCA juga turut membantu perekonomian. Sebab dengan membeli SBN sama juga membantu pemerintah.

Namun dia kembali menekankan penempatan dana di SBN maupun SBI keuntungannya tidak sebesar penyaluran kredit pada umumnya. Oleh karena itu dia menegaskan bahwa BCA sebenarnya sangat ingin menyalurkan kredit.

Penyaluran kredit yang tersendat juga membuat laba bersih BCA turun 5% dari Rp 28,56 triliun di 2019 menjadi Rp 27,1 triliun.

(das/ara)

Hide Ads