Bank Indonesia (BI) menyentil suku bunga kredit di perbankan yang turunnya masih lambat. Hal ini karena BI 7days reverse repo rate atau bunga acuan BI sudah berada di level terendah yakni 3,5%.
Menanggapi hal tersebut Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Aestika Oryza Gunarto mengungkapkan sepanjang tahun 2020 lalu suku bunga kredit BRI telah turun 75 bps - 150 bps. Dia menyebut hal ini merupakan salah satu bentuk dukungan BRI terhadap usaha para nasabahnya, utamanya pelaku UMKM.
"BRI melakukan review suku bunga secara berkala dan terus membuka ruang untuk penurunan suku bunga. Kami proyeksikan untuk tahun ini penurunan suku bunga BRI sebesar 25 bps," kata dia saat dihubungi detikcom, Jumat (19/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengungkapkan ada hal yang perlu digarisbawahi bahwa penurunan suku bunga kredit pinjaman bukan satu satunya variabel untuk meningkatkan pertumbuhan kredit nasional.
"Berdasarkan perhitungan model ekonometrika, variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi terhadap pertumbuhan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat," jelas dia.
Menurut dia oleh karenanya BRI berkomitmen untuk terus menjadi mitra strategis pemerintah dalam kaitannya penyaluran berbagai stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan tujuan meningkatkan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat yang pada ujungnya diharapkan mampu mengerek pertumbuhan dan permintaan kredit nasional.
Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Royke Tumilaar juga menyebut akan melakukan review terhadap suku bunga di BNI. "Kita baru akan review (suku bunga)," jelas dia.
Data BI menyebutkan dari kelompok perbankan yang ada ternyata SBDK yang paling tinggi ada di bank-bank BUMN sebesar 10,79%. Kemudian diikuti oleh BPD 9,80%, bank umum swasta nasional 9,67%.
Sementara SBDK paling rendah adalah kantor cabang bank asing 6,17%. Dari sisi jenis kredit, SBDK kredit mikro 13,75%, bunga kredit konsumsi non-KPR 10,85%, kredit konsumsi KPR 9,70%, kredit ritel 9,68%, dan kredit korporasi tercatat 9,18%.