Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati masuk dalam jajaran 100 wanita paling berpengaruh di Indonesia versi majalah Forbes tahun 2020.
Sejumlah kebijakan yang dikeluarkan Sri Mulyani membuat dirinya berada di posisi ke 78 peringkat tersebut.
Dalam acara Ngobrol Sore Semaunya (NSS) CXO Media yang dibawakan oleh Putri Tanjung, Sri Mulyani menjelaskan secara biologi perempuan dan laki-laki sudah jelas berbeda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perempuan berbeda dengan laki-laki. Tuhan menciptakan gender berbeda-beda ada tujuannya agar bisa saling melengkapi. Karena aku nggak bisa jadi laki-laki dan begitupun laki-laki nggak bisa jadi perempuan," kata dia dalam podcast NSS, dikutip Jumat (12/3/2021).
Sri Mulyani mengungkapkan dirinya terlahir dari seorang ibu yang merupakan wanita karir. Memang, ibunda Sri Mulyani adalah seorang pengajar, dosen, guru besar dan professor. Setiap hari bekerja tapi kasih sayang ibunya tak pernah berkurang untuk 10 anak-anaknya.
"Saya dan saudara-saudara saya melihat ibu kerja di rumah dan di kantor, oh ternyata ibu bisa ya walaupun punya anak 10 tapi bisa mengajar, bekerja dan kita sebagai anak tidak kehilangan kasih sayang dan kehadiran beliau sebagai seorang ibu," jelasnya.
Menurut dia hal inilah yang menjadi pelajaran penting untuk Sri Mulyani. Karena itu ketika dia menikah dengan suaminya sudah memiliki pemahaman jika keduanya sama-sama bekerja. Karena itu dalam keluarga, peran suami dan istri sangat penting untuk mengatur rumah tangga.
Sri Mulyani mengungkapkan di dalam lingkup pekerjaan memang perempuan jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan laki-laki. Posisi perempuan di dunia kerja masih di bawah 11%.
Hal ini seperti menunjukkan jika seorang perempuan selalu mendapatkan peringkat nomor dua.
"Talent-nya didiskon karena dia perempuan. Sama juga dalam kultur Kemenkeu, kalau ada promosi rotasi banyak yang bilang ini lebih baik bukan buat perempuan bu. Saya tanya kenapa, ya biasanya laki-laki. Padahal biasanya perempuan tidak pernah dikasih itu," jelas dia.
Padahal Sri Mulyani saat ini sebagai pembuat kebijakan, gender equality sangat dibutuhkan dan harus dipahami mana yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Contohnya untuk program keluarga harapan (PKH) penerima adalah kepala keluarga perempuan yang setiap harinya memikirkan anak, sekolah, imunisasi, buku.
"Mereka memikirkan sedetil itu," jelas Sri Mulyani.
Simak juga video 'Cerita Sukses Sri Mulyani Pimpin Kemenkeu hingga Bank Dunia':