PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mengeluarkan laporan keuangan periode tahun 2020. Tercatat, sampai akhir tahun 2020 Jiwasraya mengalami penurunan pendapatan menjadi hanya Rp 1,94 triliun dari tahun 2019 yang mencapai Rp 2,15 triliun.
Dikutip dari laporan keuangan perseroan, total aset Jiwasraya pada tahun 2020 juga mengalami penyusutan 13,3% menjadi hanya Rp 15,7 triliun dari tahun 2019 yang menembus Rp 18,1 triliun.
Penyusutan itu disebabkan menurunnya nilai investasi di Jiwasraya sebesar 85,6% menjadi hanya Rp 2,1 triliun dari sebelumnya Rp 14,9 triliun. Sementara instrumen investasi Jiwasraya yang masih ada hanyalah deposito berjangka sebesar Rp 547,8 miliar dan bangunan tanah untuk investasi Rp 1,6 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Kepatuhan dan Sumber Daya Manusia Jiwasraya R. Mahelan Prabantarikso menyebutkan investasi Jiwasraya yang mengalami penurunan ini terjadi karena menurunnya nilai pasar.
Kemudian pencairan investasi Jiwasraya untuk biaya operasional perusahaan. "Pada prinsipnya semua pendapatan dan aset perusahaan digunakan untuk melakukan pembayaran polis nasabah dan tentunya juga mendukung operasional perusahaan," kata Mahelan saat dikonfirmasi detikcom, Jumat (9/4/2021).
Tahun 2020 ini pun, Jiwasraya mencatat tidak ada perolehan dari nilai premi. Sementara dari laporan keuangan tahun 2019, nilai perolehan premi tercatat sebesar Rp 3,08 triliun dan pembayaran klaim mencapai Rp 14,8 triliun.
Mahelan menambahkan untuk pendapatan premi yang nol tahun lalu sesuai dengan PSAK 57. "Semua aset dan liabilitas serta komponen yang terkait di dalamnya diklasifikasikan sebagai aset atau liabilitas yang akan dialihkan," tambah dia.
Namun dalam laporan keuangan yang disajikan dengan format standar, untuk pendapatan premi tetap ada. Tak hanya itu, Tahun 2020 Jiwasraya juga tercatat tidak memiliki saham, padahal di tahun 2019 saham yang dimiliki Jiwasraya senilai Rp 1,65 triliun, reksa dana Rp 1,65 triliun, obligasi Rp 692,8 triliun, medium term notes (MTN) Rp 473,9 miliar, surat berharga negara (SBN) Rp 3,15 triliun, efek beragun aset Rp 12,1 miliar, penyertaan langsung Rp 777,8 miliar dan pinjaman polis Rp 89,02 miliar.
Lanjut halaman berikutnya.