Kasihan, Warga Myanmar Susah Payah Tarik Uang di ATM

Terpopuler Sepekan

Kasihan, Warga Myanmar Susah Payah Tarik Uang di ATM

Trio Hamdani - detikFinance
Minggu, 18 Apr 2021 11:17 WIB
Anti-coup protesters holding pictures of those who died during a protest against the military offer prayers for them, in Yangon, Myanmar, Monday, April 5, 2021. Threats of lethal violence and arrests of protesters have failed to suppress daily demonstrations across Myanmar demanding the military step down and reinstate the democratically elected government. (AP Photo)
Foto: AP Photo
Jakarta -

Warga Myanmar kini kesulitan untuk menarik uang tunai di ATM. Untuk memperoleh dana cash, masyarakat di negara tersebut harus ikut antrean panjang. Hal semacam itu menjadi pemandangan baru di sana.

Setiap hari, ratusan nasabah berbaris dengan cemas di depan setiap ATM yang ada demi menarik sekitar US$ 140 - 210 atau sekitar Rp 2 - 3,04 juta (kurs Rp 14.500/US$). Saking cepatnya uang tunai di ATM habis, tak sedikit yang rela mengantre dari sebelum terbit matahari.

Sedihnya, meski bangun sedini mungkin, banyak warga Myanmar yang mengantre lalu pulang dengan tangan kosong. Sebagian tak mau menyerah begitu saja, mereka kerap berpindah dari ATM yang satu ke ATM yang lain, dari bank yang satu ke bank lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya telah menunggu hampir setengah hari. Hanya ada 10 orang di depan saya ketika ATM kehabisan uang. Ini cukup membuat frustasi," ujar seorang warga Yangon yang mau menarik gajinya dikutip dari The Irrawaddy, Selasa (13/4/2021) lalu.

Kondisi serba sulit itu dimanfaatkan oleh beberapa pihak. Tiba-tiba penyedia layanan keuangan informal baru atau 'bank-bank ilegal' menjamur di sana. Bank-bank ilegal ini menawarkan pencairan uang tunai dengan cepat, asal nasabah bersedia membayar 3-10% dari uang yang mau dicairkan.

ADVERTISEMENT

"Sangat sulit untuk mendapatkan token dari bank dan saya hanya dapat mengambil 200.000 Kyat sekaligus dari ATM. Jadi saya pergi ke salah satu penyedia layanan keuangan baru. Segera setelah saya mentransfer 10 juta dari mobile banking, mereka langsung membayar saya secara tunai. Tapi saya harus membayar mereka 300.000 Kyat untuk membayar jasa mereka tadi," kata seorang pengusaha lokal.

"Bisnis telah lama terkendala kekurangan uang tunai. Sekarang banyak yang menggunakan penyedia jasa keuangan. Ini layanan informal, tapi kami tidak punya pilihan. Kami tidak perlu mengambil risiko mencari ATM dengan uang tunai atau mengantre untuk mendapatkan token. Begitu kami menelepon, penyedia layanan langsung datang ke rumah kami," tambahnya.

Ya, sekadar mengantre di depan ATM saja di sana begitu berisiko. Pekan lalu, hampir belasan warga Myanmar yang mengantri di ATM bank KBZ di Yangon ditangkap aparat keamanan tanpa alasan yang jelas. Untuk itu, kehadiran 'Bank Ilegal' di sana justru sangat membantu bagi sebagian orang.

"Untuk pebisnis, service fee tidak menjadi masalah. Tapi bagi orang biasa yang mencoba mengakses gaji mereka, biaya layanan adalah beban. Saya hanya mendapat gaji 500.000 Kyat sebulan. Penyedia layanan meminta saya untuk membayar biaya layanan 30.000 Kyat. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi besok, jadi saya tidak berani menyimpan uang saya di bank. Jadi saya tidak punya pilihan selain membayar mereka untuk mengakses gaji saya," kata seorang Staf dari sebuah perusahaan periklanan.

Untuk diketahui, sistem perbankan di Myanmar saat ini sedang lumpuh terimbas kudeta militer. Pegawai bank ikut serta turun ke jalanan mendukung pro-demokrasi sebagai protes atas kudeta militer tersebut.

Sejak pertengahan Februari lalu, bisnis-bisnis di Myanmar pun mengalami kekurangan uang tunai karena banyak kantor cabang bank yang tutup, kecuali untuk mobile banking dan layanan ATM yang terbatas.

Di tengah hal itu, masyarakat langsung berbondong-bondong menarik uang tunai sebanyak mungkin karena sempat beredar desas-desus bahwa sistem bank di sana bakal runtuh total.

Bank sentral yang ditunjuk rezim pun menerapkan aturan baru yang membatasi penarikan tunai. Setiap orang hanya boleh menarik 500.000 Kyat/hari dari ATM atau bank. Akan tetapi sejak pertengahan Maret, nasabah di bank swasta hanya diperbolehkan menarik 200.000-300.000 Kyat per hari di ATM, sementara bank hanya membagikan 20-30 token per hari untuk penarikan langsung.

(toy/zlf)

Hide Ads