Tren penurunan suku bunga di perbankan sudah mulai terlihat. Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Royke Tumilaar mengungkapkan penurunan bunga ini diharapkan bisa mendorong perekonomian nasional.
Royke menjelaskan saat ini BNI memastikan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang sehat dalam rangka menjaga marjin bunga bersih.
"Pada kuartal pertama 2021, Perseroan membukukan NIM yang membaik dari 4,5% di akhir tahun 2020 yang lalu menjadi 4,9%" kata Royke dalam konferensi pers, Senin (26/4/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengungkapkan pencapaian ini juga diikuti dengan pertumbuhan kredit 2,2% YoY, jauh lebih baik dibandingkan rata-rata industri dimana hingga kuartal 1 tahun 2021, total kredit yang disalurkan mencapai Rp 559,33 triliun.
Sementara itu, di tengah kondisi perekonomian yang masih menantang di tiga bulan pertama tahun 2021, perseroan dapat merealisasikan pendapatan non bunga atau fee based income sebesar Rp 3,19 triliun.
Pencapaian ini antara lain dikontribusikan dari recurring fee yang mencapai Rp 2,91 triliun atau tumbuh 9,4% dari posisi yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan recurring fee berasal dari komisi atas jasa transaksi perbankan seperti layanan cash management dan trade finance bagi segmen bisnis, serta layanan ATM, mobile banking, dan layanan elektronis atau e-channel lainnya di segmen ritel.
Wakil Direktur Utama Bank BNI Adi Sulistyowati mengungkapkan dalam jangka waktu pendek penurunan suku bunga dasar kredit (SBDK) tidak akan sebesar periode sebelumnya. "Karena sudah ada di posisi yang rendah dibanding tahun sebelumnya," jelas dia.
Sementara itu untuk relaksasi Loan To Value (LTV) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) saat ini memberikan kelonggaran tersebut kepada tiga kelompok nasabah. Mulai dari nasabah yang memiliki properti dan membeli properti, pegawai BUMN yang gajinya disalurkan oleh BNI dan debitur rumah subsidi.