Bank Jateng mencatat pertumbuhan kinerja positif di tengah pandemi COVID-19. Direktur Utama Bank Jateng, Supriyatno, menyebutkan hingga semester I-2021 kinerja keuangan Bank Jateng menunjukkan adanya peningkatan.
"Kami menyampaikan terima kasih kepada para nasabah, pemegang saham, otoritas, dan masyarakat atas kepercayaannya, sehingga kinerja perseroan tetap mampu tumbuh positif," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (5/7/2021).
Diketahui, pada akhir Juni 2021, aset Bank Jateng mencapai Rp 81,62 triliun dan bertumbuh 12,45% (yoy). Peningkatan juga terjadi pada dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp 67,81 triliun dan bertumbuh sebesar 17,81% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit mencapai Rp 51,89 triliun dan mengalami pertumbuhan sebesar 4,88% (yoy).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Meskipun moderat, pertumbuhan kredit Bank Jateng lebih baik dibandingkan perbankan yang justru mengalami penurunan hingga 2,89%," terang Supriyatno.
Di samping itu, peningkatan kredit Bank Jateng ditopang oleh kredit UMKM yang tumbuh sebesar 12,40% dan kredit konsumer yang tumbuh 4,42%. Sedangkan kredit kepada segmen korporasi dilakukan pembatasan untuk mitigasi risiko kredit.
Supriyatno menjelaskan, selama semester I-2021, Bank Jateng mencatat laba usaha sebesar Rp 1,09 triliun dan mengalami pertumbuhan sebesar 16,09% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 0,93 T.
"Pencapaian laba usaha yang baik ini tidak lepas dari strategi perseroan dalam pengelolaan aset dan efisiensi operasional," tegas Supriyatno.
Di samping indikator keuangan yang meningkat, Supriyatno mengungkapkan, ketahanan Bank Jateng terjaga dengan baik. Hal ini, menurutnya, tecermin dari rasio keuangan yang berada pada komposit sehat sesuai ketentuan otoritas.
Diketahui, rasio penyaluran kredit terhadap dana pihak ketiga (DPK) atau loan to deposit ratio (LDR) berada pada kisaran ideal sebesar 76,52%. Sementara itu, rasio current account saving account (CASA) mencapai 54,01%, yang menunjukkan mayoritas DPK merupakan Giro dan Tabungan sebagai sumber dana berbiaya rendah.
![]() |
Supriyatno juga menjelaskan bahwa Bank Jateng mampu menjaga efisiensi operasional dengan baik, yang diindikasikan dengan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sebesar 70,92% di bawah rata-rata industri perbankan yang mencapai kisaran 85%.
Adapun Bank Jateng telah melakukan restrukturisasi kredit bagi 17.201 pelaku usaha senilai Rp 6,85 triliun untuk membantu pelaku usaha yang terdampak COVID-19. Relaksasi kredit tersebut bertujuan agar pelaku usaha dapat menata kembali bisnisnya.
Namun, lanjut Supriyatno, untuk debitur tertentu tidak dapat dilakukan restrukturisasi sehingga menyebabkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) sebesar 3,73%. Rasio NPL tersebut masih di bawah batasan sesuai ketentuan otoritas sebesar 5%.
Lebih lanjut, Bank Jateng juga merespons kebutuhan masyarakat akan layanan digital. Supriyatno menjelaskan, pihaknya telah memiliki layanan internet banking dan Bima Mobile Banking.
Selain itu, lanjutnya, untuk Pajak Daerah dan Pajak Bumi Bangunan (PBB), nasabah dapat melakukan pembayaran dengan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) dan melalui pembayaran GoPay dan Tokopedia.
Supriyatno juga menjelaskan, Bank Jateng menyiapkan digital lounge yang memungkinkan nasabah dapat melakukan transaksi secara mandiri, seperti cetak buku atau rekening koran (self service passbook printer), setor dan tarik tunai (cash recycle machines), dan layanan teller (self service teller cash recycler).
Sementara di bidang kredit, Bank Jateng juga telah mengembangkan layanan kredit PLO secara elektronik (e-PLO), loan origination system (LOS) kredit mikro, sales kit, dan lainnya.
Dengan berbagai layanan digital tersebut, nasabah Bank Jateng dapat melakukan kebutuhan transaksi dengan mudah, cepat dan murah, serta dapat dilakukan kapan dan di mana saja.
Supriyatno mengungkapkan, untuk mendorong pemulihan ekonomi, tantangan perbankan saat ini masih pada penyaluran kredit kepada sektor riil. Untuk itu, menurutnya, perlu didorong upaya meningkatkan daya beli masyarakat dan konsumsi rumah tangga sehingga mempercepat laju perekonomian.
"Bank Jateng tetap komitmen untuk berperan lebih besar lagi dalam upaya pemulihan ekonomi nasional, sebagai mitra pemerintah dalam penyaluran bantuan dan program stimulus lainnya," ungkapnya.
Terkait kredit bermasalah yang terjadi di Kantor Cabang Jakarta dan Kantor Cabang Blora, Supriyatno menyatakan, pihaknya telah melakukan berbagai langkah-langkah, yakni menyerahkan proses penyelesaian kepada aparat penegak hukum, baik kejaksaan maupun kepolisian.
"Bank Jateng akan selalu mendukung dan menghormati proses hukum yang sedang berlangsung," tegasnya.
Kedua, lanjut Supriyatno, pegawai yang terbukti melakukan pelanggaran telah diberikan sanksi tegas, termasuk pemberhentian dengan tidak hormat.
Selanjutnya adalah melakukan evaluasi dan perbaikan proses dalam pemberian kredit proyek. Keempat, kata Supriyatno, mengoptimalkan penyelesaian kredit bermasalah melalui penagihan, pengajuan klaim asuransi, dan lelang jaminan, termasuk bekerja sama dengan pihak Kejaksaan Tinggi dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Sebagai informasi, di samping kinerja finansial, Bank Jateng juga mendapatkan penghargaan dari berbagai pihak eksternal, di antaranya Peringkat I BPD dengan aset antara Rp 50 triliun sampai dengan Rp 100 Triliun dalam Infobank Top BUMD Award 2021 dan The Most Innovative Regional Bank pada CNBC Indonesian Award 2020.
Selain itu, dalam BUMD Award 2021 yang diikuti 1.150 BUMD, Bank Jateng dinobatkan sebagai TOP of the TOP BUMD 2021#5, bersama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai TOP Pembina BUMD 2021 dan Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno sebagai TOP CEO BUMD 2021.
"Meskipun bukan tujuan utama kami, pemberian penghargaan tersebut menjadi tambahan energi bagi seluruh insan Bank Jateng untuk terus berkarya dan berkontribusi untuk Jawa Tengah," pungkas Supriyatno.
(prf/ara)