Dirut BRI Ungkap 6 Faktor Pemicu Perbaikan Ekonomi RI pada Q2-2021

Yudistira Perdana Imandiar - detikFinance
Jumat, 06 Agu 2021 15:20 WIB
Foto: BRI
Jakarta -

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik, ekonomi Indonesia di triwulan 2 tahun 2021 tumbuh positif 7,07% YoY. Perekonomian nasional selama Maret-Juni 2021 juga tercatat meningkat 3,31% secara kuartalan (q to q).

Direktur Utama BRI sekaligus Ketua Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), Sunarso mengapresiasi capaian Indonesia dalam pemulihan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi turut mendorong kinerja positif dari bank-bank anggota Himbara.

Sunarso menjabarkan pihaknya mencatat enam faktor penting yang menunjang perbaikan ekonomi nasional. Pertama, yakni program vaksinasi nasional yang dilakukan secara massif sehingga meningkatkan kepercayaan diri masyarakat dalam menjalankan kegiatan ekonomi.

Selanjutnya, jelas Sunarso, kebijakan fiskal dan moneter yang tepat dari pemerintah menjadi pemicu bagi geliat ekonomi nasional. Pemerintah, ulas Sunarso, mengucurkan berbagai stimulus yang berarti penting bagi perekonomian.

Sunarso menguraikan sampai dengan Mei 2021 total penyaluran stimulus untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional selain restrukturisasi kredit melalui bank Himbara mencapai Rp 370,55 triliun yang disalurkan kepada 51,77 juta penerima. Sementara itu, realisasi restrukturisasi Himbara kepada nasabah terdampak COVID-19 diberikan kepada 3,43 juta nasabah dengan total outstanding kredit yang direstrukturisasi mencapai Rp 411,14 T.

"Kami sampaikan apresiasi dan terima kasih kepada pemerintah yang telah memberikan berbagai kebijakan, terutama yang berbentuk stimulus. Karena memang bisnis, pasar lagi tidak berjalan normal maka kemudian yang bisa mengangkat pertumbuhan ini masih mengandalkan kebijakan ataupun stimulus dari pemerintah," ungkap Sunarso.

Bentuk stimulus tersebut, jelas Sunarso, antara lain berupa penempatan dana pemerintah di bank-bank himbara yang ditujukan untuk penyaluran kredit. Stimulus lainnya, yakni percepatan belanja negara dalam bentuk penyaluran Bantuan Produktif Ultra Mikro (BPUM), Bantuan Subsidi Upah (BSU), subsidi bunga, dan lainnya.

"Kemudian stimulus lainnya yang tidak kalah penting selain government investment, government spending, adalah government guarantee. Karena perbankan didorong untuk tetap menyalurkan kredit, sebagian risikonya diabsorb dengan dijamin oleh lembaga penjamin, yang preminya dibebankan kepada APBN," ulas Sunarso.

Faktor pendukung pemulihan ekonomi ketiga, lanjut Sunarso, yaitu kondisi pemulihan ekonomi global. Hal itu membuat ekspor dan impor dapat ditingkatkan sehingga mengeskalasi kinerja perekonomian nasional.

"Dan yang keempat adalah iklim investasi yang berpeluang lebih baik pada tahun ini sehingga dapat menyerap tenaga kerja," imbuhnya.

Kelima, Sunarso mengungkapkan pertumbuhan kredit perbankan nasional kini sudah dalam grafik positif. Dalam periode yang sama tahun lalu, Sunarso menyebut kredit perbankan dalam kurva negatif.

"Dan yang terakhir konsumsi masyarakat yang kembali rebound setelah pembukaan kembali ekonomi. Berdasarkan tracking pola belanja yang dilakukan oleh Tim Riset Himbara terlihat bahwa masyarakat Indonesia semakin cepat melakukan penyesuaian belanja pascadilakukannya pembatasan mobilitas," papar Sunarso.

Sunarso berpesan agar seluruh elemen masyarakat terus disiplin menerapkan protokol kesehatan sehingga aktivitas perekonomian dapat dijalankan secara lebih baik lagi.




(akn/hns)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork