LCS ini bisa digunakan untuk investasi, dividen, remitansi yang terkait dengan tenaga kerja asing. Indonesia memang sudah bekerja sama dengan beberapa negara seperti Malaysia, Thailand, China dan Jepang.
Hasil signifikan yang diharapkan dari proyek pembayaran lintas batas pertama ini tidak hanya untuk memfasilitasi transaksi di sektor pariwisata tetapi juga untuk membantu UKM di kawasan wisata. "Proyek ini juga akan meningkatkan inklusi keuangan, ekonomi digital inklusif, dan transaksi e-commerce. Percontohan ini, yang disebut BI sebagai "sandbox", sedang menuju perluasan lebih lanjut pembayaran lintas batas di wilayah tersebut," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Deputi Gubernur BOT Ronadol Numnonda mengungkapkan pentingnya konektivitas sistem pembayaran lintas batas di ASEAN. Dia meyakini QR lintas batas ini akan menjadi alternatif pembayaran ritel yang aman, efisien dan hemat biaya.
"Layanan ini akan membantu bisnis e-commerce selama masa-masa sulit ini dan meletakkan dasar bagi dimulainya kembali arus pariwisata dan bisnis. Lebih penting lagi, hubungan pembayaran lintas batas kami dengan negara terbesar ASEAN akan menjadi katalis utama lainnya dalam mengubah cara warga ASEAN melakukan pembayaran di luar negeri, sehingga berkontribusi pada kemakmuran ekonomi regional dan digitalisasi," jelas dia.
Proyek ini terselenggara berkat kolaborasi berbagai pemangku kepentingan dari kedua negara di bawah pengawasan bersama BI dan BOT. Ini termasuk Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), Asosiasi Bankir Thailand, 13 penyedia QRIS, RAJA (Rintis, Artajasa, Jalin, dan Alto) - empat operator switching dari Indonesia, National ITMX (NITMX) - operator sistem pembayaran dari Thailand, serta bank ACCD, termasuk Bank Central Asia (BCA), Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dari Indonesia, dan Bangkok Bank (BBL), Bank Ayudhya (Krungsri), dan CIMB Thai Bank (CIMBT) dari Thailand.
(fdl/fdl)