PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) membidik para pekerja yang melek digital di sektor informal untuk basis pertumbuhan baru. Berbasis kinerja fundamental kuat, BRI Agro memaksimalkan aplikasi BRI Agro Digital yang terus dikembangkannya dan aplikasi mobile banking Pinang untuk menggarap pasar pekerja tersebut.
Hal itu juga yang membuat BRI Agro meraih penghargaan kategori The Most profitable Bank dalam CNBC Indonesia Award 2021. Perseroan mengungguli nominee lain dengan meraih skor 88 (dari 100) terutama dalam aspek penetapan target pasar dan strategi.
Sebagai informasi, selama ini sektor informal dianggap kurang feasible digarap secara konvensional karena nilai transaksi yang kecil meski jumlah mereka banyak. Perseroan menyebutnya 'gig economy' yang secara sederhana dipahami sebagai pertukaran barang atau jasa antar individu/perusahaan lewat platform digital.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pelaku gig economy mencapai 46,4 juta di tahun 2020, yang terutama adalah pekerja lepas dan setengah pengangguran. BRI Agro memperkirakan gig workers akan terus bertumbuh karena karakteristik mereka yang fleksibel dan lekat dengan perkembangan industri digital sebagai industri masa depan.
Baca juga: Resmi! BRI Agro Ganti Nama Jadi Bank Raya |
Rencana perseroan menggarap gig economy dengan kanal digital ditanggapi positif oleh para pelaku pasar. Secara year to date (ytd) hingga 19 Oktober 2021, kinerja saham AGRO sudah melesat 92% lebih. Bahkan dalam 1 tahun terakhir, saham perseroan meroket 559%.
Sejauh ini, Bank Agro telah mendapat persetujuan regulator untuk menyediakan layanan pembukaan rekening secara branchless yang menjadi ciri utama platform digital banking.
Selanjutnya, BRI Agro menjalankan transformasi di empat aspek operasinya, agar ke depan bisa memperkuat positioning-nya di gig economy. Transformasi menjadi syarat mutlak agar bisa menjadi mitra keuangan gig worker secara menyeluruh, mulai dari menabung, bertransaksi, berinvestasi, hingga berasuransi.
Strategi pertama, aspek keuangan. Digitalisasi BRI Agro akan menurunkan kredit bermasalah (non performing loan/NPL) dari sektor konvensional yang selama ini terkonsentrasi pada deposan inti yang mencapai 60%. Profitabilitas pun bisa didongkrak karena kredit digital di sektor informal memiliki yield lebih baik dan biaya lebih rendah.
Kedua, BRI Agro mengubah cara membidik target pelanggan atau akuisisi nasabah. Jika semula perseroan memprioritaskan nasabah koperasi, korporasi dan konsumen middle-up (konsumen kredit pemilikan rumah dan kredit kendaraan bermotor, maka ke depan fokus akan digeser membidik debitur kredit jangka pendek, berplafon rendah (tapi berimbal hasil tinggi).
Jurus ketiga BRI Agro terkait dengan proses bisnis, di mana kerja manual nan lamban yang selama ini dijalankan sebagai bank konvensional akan diubah menjadi mekanisme kerja berbasis digital, yang melibatkan big data, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan antarmuka pemrograman aplikasi (application programming interface/API) yang terbuka.
Klik halaman selanjutnya >>