Ngerinya Krismon 1998, Semua Gara-gara Utang Asing!

Ngerinya Krismon 1998, Semua Gara-gara Utang Asing!

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 30 Nov 2021 17:45 WIB
Aksi massa tuntut Soeharto mundur kian bergelora di bulan Mei 1998. Sederet peristiwa yang terjadi di bulan itu jadi catatan hitam dalam demokrasi di Indonesia.
Foto: Getty Images
Jakarta -

Krisis moneter (krismon) yang terjadi pada periode 1997-1998 adalah salah satu gejolak terparah yang pernah dialami oleh Indonesia. Dalam paparan saat fit and proper test untuk menjadi Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengungkapkan kondisi krisis itu diawali dari over borrowing yang sangat besar.

"Pinjaman swasta dari luar negeri baik dalam pinjaman bank loan maupun commercial paper sangat besar," kata dia di Komisi XI DPR, Selasa (30/11/2021).

Dia mengungkapkan saat itu aliran modal asing yang masuk ke Indonesia bentuknya commercial paper dan langsung. Hal ini karena saat itu Indonesia belum memiliki surat berharga negara (SBN).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini yang kemudian memantik krisis pada periode itu, Agustus 97, utangnya tentu saja membengkak, terutama di korporasi dan berimbas ke perbankan," jelas dia.

Juda mengungkapkan, saat itu memang Indonesia masih berada di bawah instruksi IMF. Saat itu pemerintah merespon dengan menaikkan bunga sangat tinggi. Hal ini membuat korporasi terdampak. Dia menyebut saat itu suku bunga berada di kisaran 70%, karena memang angka inflasi juga sangat tinggi saat itu.

ADVERTISEMENT

Karena itu saat ini Indonesia sudah belajar dari krisis keuangan global. "Di mana kebijakan makroprudensial bisa untuk mencegah. Kalau utang dicegah dengan kebijakan makroprudensial untuk melarang rasio leverage yang melebihi kapasitas dan korporasi," ujarnya.

Krisis ekonomi terparah itu terjadi di pemerintahan Presiden Soeharto dolar AS berada di kisaran Rp 2.000-2.500 karena Indonesia belum menganut rezim kurs mengambang. Orde Baru kala itu tidak mau tahu, dolar AS harus bertahan di level itu.

Lanjut halaman berikutnya.

Simak juga Video: Penjelasan BPS Soal Ekonomi RI 2020 Terburuk Sejak Krismon 98

[Gambas:Video 20detik]




Namun karena kebijakan itu, cadangan devisa Indonesia terus tergerus untuk menjaga kurs. Akhirnya pemerintah membuka rupiah menjadi kurs mengambang. Akhirnya dolar AS mulai merangkak naik ke Rp 4.000 di akhir 1997, lanjut ke Rp 6.000 di awal 1998.

Pelemahan rupiah diperparah ketika kondisi keamanan dan politik Indonesia bergejolak. Pada Mei 1998, kerusuhan terjadi di mana-mana menuntut Presiden Soeharto mundur dan mulai dari situ krisis moneter Indonesia memuncak.

Sampai akhirnya rupiah jatuh tak berdaya saat dolar AS mencapai level Rp 16.650. Perekonomian pun kacau balau. Ekonomi Indonesia tidak tumbuh bahkan -13,1%, harga-harga pangan melambung tinggi, inflasi pun meroket hingga 82,4%. Depresiasi rupiah mencapai 197%.


Hide Ads