Transaksi Sudah Serba Digital, Wajib Hati-hati Amankan Data Keuangan

Transaksi Sudah Serba Digital, Wajib Hati-hati Amankan Data Keuangan

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 01 Apr 2022 20:45 WIB
Pinjam Online
Foto: Ilustrasi Amankan Data Keuangan (Tim Infografis: Andhika Akbarayansyah)
Jakarta -

Sektor keuangan dan financial technology (fintech) disebut menjadi industri yang harus waspada dengan serangan siber.

Dari laporan yang diterbitkan Paloalto Networks dijelaskan jika industri ini masih dibayangi ancaman siber dan malware.

Country Manager of Indonesia, Palo Alto Networks Adi Rusli mengungkapkan jika keamanan siber ini memang harus menjadi prioritas utama bagi para pemimpin bisnis di ASEAN dan Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun dengan transformasi digital yang cepat dan peningkatan risiko terkait di Indonesia. "Tak cuma menerapkan langkah keamanan siber, tapi juga menyiapkan investasi dan strategi untuk mengatasi ini," kata Adi dalam laporan dikutip, Jumat (1/4/2022).

Laporan juga menyebutkan saat ini untuk keamanan siber di sektor jasa keuangan sudah sangat mumpuni. Dibandingkan dengan rata-rata industri lainnya.

ADVERTISEMENT

Hal ini karena perusahaan jasa keuangan terus meningkatkan anggaran keamanan siber untuk mengantisipasi masalah tersebut.

Adi mengatakan, baik perusahaan jasa keuangan maupun perusahaan lain. Harus terus melakukan evaluasi keamanan siber untuk memitigasi risiko. Mulai dari pencegahan dan identifikasi kebutuhan sumber daya dalam melawan serangan siber ini.

Kemudian perusahaan juga harus mengadopsi kerangka kerja zero trust untuk mengatasi ancaman keamanan siber saat ini. Kemudian merancang assume breach. Selanjutnya mengimplementasikan teknologi untuk interaksi digital dan memberikan respon yang cepat ketika ada masalah.

"Perusahaan harus memilih mitra, bukan produknya. Mitra keamanan siber yang baik bisa memberikan keamanan dengan arsitektur siber yang kuat," jelas dia.

Dalam laporan juga disebutkan, teknologi digital juga menjadi lebih terintegrasi dengan tempat kerja akibat disrupsi karena pandemi. Karena hal ini, sembilan dari sepuluh (90%) organisasi di ASEAN mengambil langkah mengembangkan strategi keamanan siber mereka agar tetap terlindungi dari serangan siber.

Sementara itu, organisasi di Indonesia sedikit lebih unggul dari organisasi ASEAN lainnya dalam meningkatkan fokus kepemimpinan pada keamanan siber pasca-Covid (79%).

Berbagai perusahaan memusatkan perhatian pada penerapan keamanan awan (56%) dan mengamankan IoT/OT (56%) sebagai tindakan pasca-pandemi yang paling diprioritaskan, diikuti oleh strategi Secure Access Service Edge (SASE) (55%) serta platform SOAR (security orchestration, automation and response) (47%).

(kil/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads