Jangan Ngarep Bunga Kredit Bank Turun, Giliran Naik Cepat

Jangan Ngarep Bunga Kredit Bank Turun, Giliran Naik Cepat

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 24 Jun 2022 13:32 WIB
Ilustrasi kredit mobil
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Bank Indonesia (BI) mencatat suku bunga di perbankan terus mengalami penurunan. Misalnya di pasar uang suku bunga IndONIA per Mei 2022 tercatat 2,79% dibandingkan Mei 2021. Selanjutnya untuk suku bunga deposito 1 bulan tercatat 2,86% atau turun 75 bps sejak Mei 2021.

Suku bunga kredit juga terus menunjukkan penurunan 52 bps pada periode yang sama. Bank sentral menyebut penurunan ini terjadi karena persepsi risiko perbankan mulai membaik.

Apakah bunga kredit ini bisa turun lagi?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan suku bunga deposito dan kredit memang mengalami penurunan, namun dia menilai akan sulit untuk turun lagi. "Bunga deposito dan bunga kredit tidak akan turun lagi, kalau naik iya," kata dia saat dihubungi, Jumat (24/6/2022).

Dia mengungkapkan, saat ini memang bunga acuan sudah berada di level terendah sepanjang sejarah yaitu 3,5%. Tapi ada giro wajib minimum (GWM) yang diketatkan.

ADVERTISEMENT

Nah ketatnya likuiditas ini akan mendorong kenaikan suku bunga deposito dan kredit. "Jadi lupakan saja harapan suku bunga termasuk bunga KPR akan turun. Kalau naik pasti iya!," jelasnya.

Direktur CELIOS Bhima Yudhistira mengungkapkan, saat ini memang ruang penurunan suku bunga masih ada, namun makin terbatas.

Bihima mengungkapkan ada istilah interest rate rigidity. "Ini adalah di mana ketika suku bunga turun, bank lambat lakukan transmisi penurunan bunga kredit, tapi ketika bunga acuan naik maka bank secara cepat lakukan kenaikan bunga kredit. Dan situasi ini masih terjadi di Indonesia," kata dia.

Menurut Bhima meskipun LDR bank masih cukup gemuk, atau 78% tapi bank tidak akan segan naikan suku bunga simpanan ketika BI lakukan penyesuaian bunga acuan.

Ini tinggal menunggu waktu saja, karena deposan mulai melirik surat utang pemerintah yang berikan imbal hasil diatas 7% untuk tenor 10 tahun. Perang bunga untuk memperebutkan likuiditas diperkirakan segera terjadi paling lambat awal 2023. Faktor lain yang membuat ruang penurunan bunga kredit menyempit adalah tingkat risiko eksternal yang meningkat.

Sinyal resesi di AS, inflasi di kawasan Eropa yang tinggi, hingga kebijakan Fed rate yang agresif membuat bank mulai berjaga-jaga untuk naikan bunga kredit. Jadi soal suku bunga kredit bank itu bukan hanya melihat bunga acuan BI, tapi juga faktor risiko debitur. "Saya pesimis bunga floating KPR akan turun dalam waktu dekat," ujarnya.




(kil/das)

Hide Ads