Seorang nasabah bank kecil di China, Peter (bukan nama asli) memiliki tabungan sekitar US$ 6 juta. Namun dia tak bisa mengakses rekeningnya sejak April lalu.
Dikutip dari CNN, Senin (27/6/2022), disebutkan selain Peter ada ribuan deposan yang kini berjuang untuk mendapatkan kembali uang mereka. "Saya tidak bisa tidur," ujar pria berusia 45 tahun itu.
Dia menceritakan dirinya pernah mengakses rekeningnya melalui internet banking. Namun situs atau website bank itu disebut sedang dalam pemeliharaan dan tak bisa melayani nasabah. Namun sudah dua bulan berlalu, pemeliharaan itu tak kunjung usai.
Masalah baru muncul, ketika empat bank di Henan menangguhkan penarikan tunai. Jadi di China bank lokal hanya diizinkan untuk mendapat simpanan dari nasabah loyal mereka.
Regulator bank setempat menuduh jika pemegang saham utama dari bank-bank itu menggunakan uang-uang tersebut. Salah satunya adalah Henan New Fortune Group yang menguasai saham dari empat bank kecil itu.
Pemegang saham juga disebut melakukan korupsi menggunakan platform pihak ketiga dan pialang. "Polisi telah membuka kasus penyelidikan atas masalah ini," kata dia.
Memang pemeriksaan intensif telah dilakukan oleh regulator dalam beberapa waktu terakhir. Beberapa bank dituduh korupsi dan kondisi ini dikhawatirkan bisa membuat sektor keuangan goyang.
Baca juga: Sri Lanka Bangkrut, Ada Efeknya ke RI? |
Sekadar informasi ada 400 ribu nasabah bank yang tak bisa mengakses uang mereka di rekening.
Profesor di University of South Carolina Aiken Frank Xie mengungkapkan saat ini memang tata kelola dan struktur kepemilikan bank di China sangat rentan terhadap korupsi.
Simak Video "Saat Tank-tank Dikerahkan di Jalanan China, Disebut untuk Lindungi Bank"
[Gambas:Video 20detik]
(kil/das)