Aplikasi Chipper ini adalah terobosan besar dibanding yang sudah ada sebelumnya seperti M-Pesa di Kenya yang masih mengenakan biaya 1% hingga 2% untuk transfer di dalam negeri.
Pada 2019 Chipper Cash mulai tersedia di Uganda, Ghana, Kenya dan Rwanda. Kemudian terus berkembang ke Nigeria, pasar terbesar Afrika dengan lebih dari 200 juta orang.
Dalam mendirikan aplikasi ini Co Founder & CEO Chipper Cash Ham Serunjogi, menceritakan jika ada mitra yang mengarahkan mereka untuk mencari donasi dan dana hibah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Serunjogi menolak, karena ke depan dia akan mengambil keuntungan dari bisnis ini. Serunjogi tetap dipaksa untuk mengajukan ke Unicef untuk pendanaan.
Kini Chipper Cash telah mengantongi US$ 300 juta dari venture capital (VC) blue-chip. Kini mereka telah memiliki sekitar 350 karyawan untuk menjalankan bisnis mereka. Sekarang Moujaled dan Serunjogi masing masing memiliki sekitar 10% saham di Chipper Cash.
Salah satu investor untuk Chipper Cash Shell Mohnot menyebutkan awalnya banyak investor yang menolak untuk berinvestasi di sana. Hal ini karena mereka tak memahami soal Afrika.
Mereka menilai jika Afrika saat itu masih ketinggalan zaman. Padahal Afrika telah berubah dan memang membutuhkan perubahan.
Tapi kini banyak pemodal yang mau menyuntikkan dananya ke negara tersebut. Tercermin dari jumlah perusahaan fintch di Afrika naik hingga 7 kali lipat pada 2020.
Kini ada sekitar 605 juta akun rekening ponsel yang digunakan untuk mengirimkan uang tunai melalui pesan teks. Angka ini naik signifikan dibandingkan 2018 yang sebanyak 469 juta rekening.
Selama 4 tahun didirikan, Chipper Cash kini memiliki 5 juta basis pengguna yang terdaftar di Uganda, Ghana dan Nigeria. Tak cuma memberikan layanan transfer uang dengan mudah, tapi juga dengan Chipper Cash bisa membayar tagihan, perdagangan kripto sampai membeli saham.
Simak Video "Video: Momen Teume Nobar TREASURE di Area Outdoor Allo Bank Festival 2025"
[Gambas:Video 20detik]
(kil/das)