Apa-apa Mahal, Utang Kartu Kredit Warga AS Bertambah Rp 690 T

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 04 Agu 2022 12:33 WIB
Apa-apa Mahal, Utang Kartu Kredit Warga AS Bertambah Rp 690 T/Foto: AP/Alex Brandon
Jakarta -

Tingginya biaya hidup di tengah lonjakan inflasi Amerika Serikat (AS) membuat sebagian besar warganya menarik utang kartu kredit. Utang rumah tangga AS melampaui US$ 16 triliun atau Rp 240 ribu triliun (kurs Rp 15.000) pada kuartal II-2022.

Pinjaman kartu kredit juga bertambah US$ 46 miliar atau Rp 690 triliun. Pada tahun lalu, utang kartu kredit warga AS juga naik 13% atau US$ 100 miliar. Utang di kartu kredit bisa semakin bertambah karena tingginya suku bunga.

The Federal Reserve Bank of New York, atau bank sentral AS di New York menjelaskan lonjakan utang kartu kredit menandakan tingginya inflasi. "Dampak inflasi terlihat jelas dalam volume pinjaman yang tinggi," tulis peneliti The Fed New York dikutip dari CNN, Kamis (4/8/2022).

Bikin Kartu Kredit Baru

Tingginya inflasi membuat utang kartu kredit semakin tinggi karena bank sentral AS menaikkan bunga acuannya. Bahkan, warga AS juga membuka kartu kredit baru selama kuartal II-2022, terbesar sejak 2008

Sementara itu, inflasi yang tinggi juga memaksa konsumen untuk menggunakan tabungannya. Biro Statistik Tenaga Kerja mengatakan pada pekan lalu, tabungan pribadi turun di bulan Juni menjadi 5,1%, terendah sejak Agustus 2009.

Meskipun tingkat utang meningkat, The Fed New York mengungkapkan, neraca konsumen berada dalam posisi yang kuat secara keseluruhan. Warga AS terus membayar utang sesuai jadwalnya selama kuartal terakhir, cerminan dari kondisi pasar kerja yang sangat kuat.

"Meskipun saldo utang tumbuh pesat, rumah tangga secara umum telah melewati pandemi dengan sangat baik," kata NY Fed.

The Fed New York mengatakan, ada informasi mengenai beberapa peminjam berpenghasilan rendah dan peminjam kelas bawah yang sedang berjuang membayar tagihan mereka. Ditambah lagi, tingkat transisi 'kenakalan' penggunaan kartu kredit dan kredit mobil meningkat, terutama di daerah berpenghasilan rendah.

"Dengan kebijakan yang mendukung pandemi sebagian besar di masa lalu, ada kantong peminjam yang mulai menunjukkan kesulitan pada utang mereka," tulis NY Fed.




(ara/ara)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork