Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengaku mati-matian melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah tahun ini. Rasio cadangan devisa pun mengalami penurunan karena pihaknya melakukan intervensi di pasar keuangan.
"Kami tahun ini mati-matian untuk menstabilkan nilai tukar. Kami intervensi dalam jumlah yang besar, kenapa cadangan devisa kami turun dari US$ 139,9 miliar menjadi sekitar US$ 130,1 miliar," kata Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (21/11/2022).
Perry menegaskan pihaknya akan menjaga agar cadangan devisa tidak turun lebih lanjut. Salah satunya dengan menjaga agar devisa hasil ekspor yang sudah masuk bisa tetap tinggal lebih lama di dalam negeri.
"Kami terus memutar otak bagaimana supaya para eksportir bisa kemudian juga stay longer di dalam negeri. Mekanisme ini terus dinegosiasikan dengan perbankan, para eksportir supaya meningkat dan juga cara-cara lain supaya cadangan devisa jangan turun," papar Perry.
Sampai 16 November 2022, nilai tukar rupiah memang melemah 8,6%. Jika dibandingkan dengan penguatan dolar ataupun pelemahan negara lain, kata Perry, hal itu masih relatif baik.
"Kami terus melakukan langkah-langkah yang mati-matian untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah supaya imported inflation tidak terlalu tinggi, stabilitas moneter terjaga, stabilitas sistem keuangan terjaga, kondisi korporasi juga baik, sehingga secara keseluruhan baik," tegasnya.
Perry mengaku tidak pernah membayangkan ada kejadian luar biasa yang membawa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini di rentang Rp 15.500-15.600. Pihaknya mengaku akan berupaya keras membawa rupiah ke Rp 15.000/US$.
"Kami coba ke titik tengah yang pernah kami sampaikan dulu yaitu Rp 15.000. Ini pun dengan adanya kejadian Juli sampai sekarang adalah effort yang luar biasa," imbuhnya.
(aid/eds)