Hal ini juga untuk memberikan stance bahwa bank sentral masih memberikan kebijakan yang pro growth karena kalau pun BI Rate naik 25 bps, tidak akan direspons oleh kenaikan bunga simpanan dan kredit secara agresif. Ini penting untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi berlanjut di 2023 nanti.
Direktur CELIOS Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan BI diperkirakan menaikkan bunga 50 bps, sehingga berdampak pada naiknya suku bunga kredit perbankan. Dia menyebutkan Indonesia akan kembali lagi ke era suku bunga tinggi sebelum pandemi.
Tren kenaikan suku bunga juga berdampak pada keputusan konsumen dalam berbelanja tahun depan. "Kendaraan bermotor hingga properti sangat bergantung pada variabel pinjaman lembaga keuangan terutama soal suku bunga," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekadar informasi pada 23 November 2022 BI mengumumkan bunga acuan naik 50 bps menjadi 5,25%, suku bunga deposit facility sebesar 50 bps menjadi 4,5% dan suku bunga lending facility sebesar 50 bps menjadi 6%.
Saat itu Gubernur BI menjelaskan keputusan kenaikan suku bunga ini sebagai langkah front loaded, pre-emptive dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi dan memastikan inflasi iinti ke depan bisa kembali ke sasaran 3% plus minus 1% pada paruh pertama 2023.
Selain itu naiknya bunga acuan ini juga untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan fundamentalnya akibat kuatnya mata uang dolar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.
(kil/ara)