Manfaat dan Efek Samping dari Naiknya Suku Bunga Acuan BI

ADVERTISEMENT

Manfaat dan Efek Samping dari Naiknya Suku Bunga Acuan BI

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Minggu, 29 Jan 2023 16:15 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia, lgo bank indonesia, bi, gedung bank indonesia di Jakarta
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar 18-19 Januari 2023 kemarin. BI menyebut, bunga acuan ini diharapkan bisa mengatasi tekanan inflasi dan menurunkan ekspektasi inflasi.

Praktisi Perbankan Abiwodo menyebutkan memang BI 7days reverse repo rate (BI7DRR) ini masih awam di telinga masyarakat. Sebelumnya istilah ini dikenal dengan BI rate.

Dia menjelaskan, saat masih menggunakan BI rate ang yang dipegang bank umum di BI tidak bisa langsung ditarik. Bank harus menunggu setahun sebelum mereka dapat menarik uangnya. Oleh karena itu jumlah uang beredar tidak segera bertambah, begitu juga sebaliknya. Jika BI menaikkan BI rate, inflasi mungkin tidak akan langsung turun. Pertumbuhan ekonomi yang diharapkan cepat tercapai, tidak segera terkabul karena butuh waktu lebih lama untuk memulihkan.

Namun, sejak 19 Agustus 2016, BI mengganti istilah tersebut menjadi BI7DRR dengan tujuan agar pengelolaan suku bunga lebih efektif. Lembaga perbankan tidak lagi harus menunggu hingga satu tahun untuk mencairkan dananya. Bank dapat menarik uangnya setelah disimpan di BI selama 7 hari (mungkin 14 hari, 21 hari, dst).

Abiwodo menjelaskan dengan system BI7DRR tentunya mempengaruhi kelancaran penyaluran kredit perbankan kepada masyarakat. Dengan perubahan suku bunga yang tiba-tiba, risiko gagal bayar pinjaman dapat diminimalkan. Pertumbuhan ekonomi yang diinginkan akhirnya segera tercapai.

"Adanya BI7DRR bisa berpengaruh terhadap banyak bidang. Mulai dari perbankan, sektor riil, hingga pasar uang. Tak heran apabila publik sangat menaruh perhatian terhadap pergerakan kenaikan BI7DRR," kata Abiwodo dalam keterangannya, Minggu (29/1/2023).

Dia mengungkapkan dengan kenaikan 25 bps, maka BI7DRR menjadi 5,75%. Suku bunga Deposit Facility (DF) sebesar 5,00% dan suku bunga Lending Facility (LF) menjadi sebesar 6,5%.

Langkah tersebut seperti melahirkan kebijakan terkait dengan upaya stabilisasi nilai tukar Rupiah. Kebijakan ini terus diperkuat dengan tujuan untuk mengendalikan inflasi barang impor. Dirasa efektif untuk dilakukan dalam mendukung tujuan kenaikan bunga BI7DRR. Mengapa demikian? Lantaran langkah tersebut bisa mengurangi dampak buruk dari kuatnya dolar AS.

Menurut dia langkah ini juga berkaitan dengan tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global. "Ingat! Saat ini dunia juga tengah dilanda resesi perekonomian. Apabila segala upaya tersebut tak dilakukan dengan baik, maka bisa mengganggu ketahanan perbankan dan berbagai sektor lainnya di Indonesia," ujar dia. Dia mengatakan naiknya bunga acuan ini adalah langkah tepat jelang rapat Fed pada 1 Februari mendatang.

Ada banyak dampak yang ditimbulkan dari kenaikan bunga BI7DRR terhadap ketahanan perbankan. Anda pasti penasaran bukan apa saja dampaknya?

"Salah satu dampaknya, bank akan menyesuaikan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)-prime lending rate alhasil bank semakin berat dalam penyaluran kredit. Penyaluran kredit dapat terpuruk dan membuat pertumbuhan sektor riil terhambat. Bahkan juga bisa memicu penurunan peluang terbukanya lapangan kerja baru," ujar Abiwodo.

"Disamping itu, biaya kreditnya akan mengalami peningkatan. Pembengkakan biaya ini sebenarnya dampak langsung dari kebijakan moneter yang semakin ketat. Di sisi lain, masyarakat cenderung lebih memilih menabung untuk mengalokasikan uang. Kalo sudah begini, diharapkan perputaran uang di masyarakat melemah yang pada akhirnya dapat menekan inflasi," tambah Abiwodo dalam keterangannya.

Berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan, sebenarnya pemerintah dan BI tengah menjalin kerjasama untuk daur ulang devisa hasil dari ekspor. Langkah ini bisa berefek positif pada mata uang Rupiah untuk menurunkan inflasi hingga 4% di akhir tahun.

Pada dasarnya, ada banyak upaya penting untuk menyikapi kenaikan BI7DRR. Kenapa hal ini penting? Jelas penting, sebab bisa meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan sekaligus membangun dampak positifnya.

Kenaikan bunga BI7DRR membuat bank memberikan biaya lebih mahal, pun masyarakat cenderung mengurangi kredit atau pinjaman bank. Alih-alih deposan justru meningkat. Kenaikan bunga BI7DRR nyatanya berdampak pada berbagai bidang kehidupan. Tak terkecuali pula berdampak terhadap ketahanan perbankan. Akan tetapi jika kita mampu menyikapinya dengan baik, maka dampak buruknya bisa diminimalisir seoptimal mungkin.

Sebagai pihak yang mengendalikan fluktuasi nilai rupiah, pengendalian inflasi dan kebijakan moneter lainnya, BI berperan penting dalam menetapkan pedoman BI rate yang kini namanya menjadi BI7DRR untuk menjaga stabilitas (pro-stability). Kebijakan tersebut berdampak besar terhadap perekonomian nasional secara umum. "Dengan memahami peran BI7DRR dalam perekonomian nasional, kita dapat mengambil keputusan dan pilihan yang tepat terhadap perubahan sistem keuangan negara," jelas Abiwodo.

(kil/das)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT