The Fed Bisa Batal Naikkan Suku Bunga Kalau Inflasi AS Rendah

The Fed Bisa Batal Naikkan Suku Bunga Kalau Inflasi AS Rendah

Almadinah Putri Brilian - detikFinance
Senin, 30 Jan 2023 09:28 WIB
Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah akhirnya tembus ke level Rp 15.000. Ini adalah pertama kalinya dolar AS menyentuh level tersebut pada tahun ini.
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

The Fed akan menaikkan suku bunga pada hari Rabu mendatang. Namun, langkah The Fed ini bergantung terutama pada inflasi, apakah benar-benar melambat atau tidak. Sementara para investor akan pendapat petunjuk lain dari laporan pekerjaan bulan Januari yang dirilis hari Jumat nanti.

Para ekonom memperkirakan ada 185.000 tambahan pekerjaan bulan lalu, lebih rendah pada tambahan pekerjaan bulan Desember sebanyak 223.000 dan bulan November sebanyak 263.000. Akan tetapi, perlambatan ini kemungkinan dapat menyenangkan The Fed lantaran menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga tahun lalu berhasil memberi napas pada perekonomian.

The Fed tahu ini adalah situasi yang sulit. Tekanan inflasi sebagian didorong oleh kenaikan upah pekerja. Dengan tingkat pengangguran 3,5%, level terendah dalam 50 tahun terakhir, karyawan mampu meminta kenaikan gaji yang besar untuk mengimbangi kenaikan harga barang dan jasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejalan dengan hal tersebut, diharapkan penghasilan rata-rata per jam naik 4,3% year-over-year, walaupun lebih rendah dari penghasilan rata-rata per jam bulan Desember sebesar 4,6% dan November sebesar 5,1%.

Saat kenaikan upah rendah, maka kenaikan harga juga sama. Acuan inflasi The Fed, Personal Consumption Price Index (PCE), naik 5,0% pada Desember dari tahun sebelumnya, lebih rendah dari kenaikan tahunan sebesar 5,5% di bulan November. Meski demikian, hal tersebut masih terbilang cukup tinggi, tapi trennya bergerak ke arah yang benar.

ADVERTISEMENT

Masalah bagi The Fed, mungkin mereka perlu terus menaikkan suku bunga sampai ada bukti lebih lanjut bahwa pasar tenaga kerja cukup 'mendingin' untuk mendorong tingkat inflasi lebih rendah lagi.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Sementara itu, dikutip dari CNN, Senin (30/1/2023), beberapa indikator pasar kerja lainnya terus menunjukkan bahwa ekonomi AS belum berada dalam bahaya resesi yang serius. Hal itu dilihat dari jumlah orang yang mengajukan klaim pengangguran mingguan turun hingga 186.000, level terendah dalam sembilan bulan.

Pasar juga akan mengamati laporan tentang pertumbuhan pekerjaan sektor swasta dari prosesor penggajian ADP dan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) dari Departemen Tenaga Kerja AS minggu ini. Laporan JOLTS terakhir menunjukkan bahwa lebih banyak pekerjaan tersedia dari yang diharapkan pada bulan November.

Namun, beberapa pihak memperkirakan bahwa pertumbuhan upah akan terus turun, yang akan mengurangi tekanan dari The Fed.

"Pertumbuhan upah telah berada pada lintasan yang melambat, dan kami menduga pertumbuhan upah yang lebih lambat akan menjadi tren pada tahun 2023 karena kontrak pekerjaan tersedia," kata kepala investasi di SignatureFD Tony Welch.

Tidak semua orang setuju dengan penilaian itu. Buruh terorganisir telah memenangkan kenaikan gaji yang lebih besar akhir-akhir ini di industri transportasi. Selain itu, ada banyak pekerja di industri teknologi dan ritel yang telah berserikat akhir-akhir ini.

"Pekerja akan enggan melepaskan daya tawar yang mereka anggap telah diperoleh selama setahun terakhir," kata Ahli Strategi Makro Global di Putnam Jason Vaillancourt.

Vaillancourt juga menunjukkan bahwa banyak konsumen masih dibanjiri uang tunai yang mereka tabung selama awal pandemi. Hal itu bisa berarti bahwa inflasi tidak akan hilang dalam waktu dekat.

Meskipun laju perolehan pekerjaan mungkin melambat, bukan seolah-olah para ekonom mulai memprediksi kehilangan pekerjaan bulanan seperti yang dialami AS pada resesi sebelumnya.

"Gabungkan pasar tenaga kerja yang kuat dengan cadangan tabungan berlebih yang masih besar, dan Anda memiliki semua komponen untuk membuat The Fed terjaga di malam hari," kata Vaillancourt.

Jadi selama harapan untuk "soft landing" ekonomi tetap ada, The Fed harus terus mengkhawatirkan inflasi yang terlalu tinggi. Hal itu meningkatkan kemungkinan The Fed bisa bertindak terlalu jauh dengan kenaikan suku bunga dan pada akhirnya menyebabkan resesi.


Hide Ads