Anggota Komisi VI DPR RI Nusron Wahid mengharapkan bank-bank Himpunan Bank Negara (Himbara) bisa meningkatkan pendapatan pasti (fee based income), ketimbang pendapatan dari pertumbuhan kredit. Ia mendorong bank Himbara bertransformasi untuk mendorong fee base income.
Hal itu disampaikan Nusron dalan Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI dengan direksi bank Himbara Pada Selasa (28/3/2023).
"Kita perlu bangga bank-bank Himbara ini kokoh dan memenangkan kompetisi dalam industri perbankan tanpa proteksi dan monopoli dari pemerintah," kata Nusron dikutip dalam keterangan tertulis, Selasa (28/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia membandingkan kualitas bank Himbara yang disebutnya lebih baik dari BUMN di sektor lainnya, seperti pangan dan perkebunan.
"Begitu dibuka proteksi dan monopolinya, sektor pangan seperti ID Food, dan perkebunan di bawah PTPN maupun sektor manufaktur langsung disalip sama sektor swasta. Tapi sektor perbankan tanpa proteksi dan monopoli masih kokoh," sebut Nusron.
Nusron mengulas total laba bank Himbara sudah mencapai lebih dari Rp 100 triliun. Tapi, kata Nusron, pendapatan masih didominasi pendapatan dari sektor kredit, belum pendapatan dari fee based income.
"Karena itu sudah saatnya Himbara harus transformasi. Agar pendapatan dominannya bukan dari kredit, tapi dari transaksi dan bisnis banking lainnya," tutur Nusron.
Ia menggarisbawahi masa depan perbankan yang sehat adalah yang tidak tergantung pendapatannya dari sektor kredit.
"Dalam kontek fee base income bank Himbara jangan sampai kalah dengan bank swasta, yang justru dominan dari transaksi," lanjut Nusron
Berdasarkan catatan, laba Himbara mencapai lebih dari Rp 100 triliun, terdiri dari BRI Rp 51,408 triliun, Mandiri Rp 42,17 triliun, BNI Rp 18,3 triliun, dan BTN Rp 3,045 triliun. Aset yang dihimpun bank Himbara juga sudah mencapai 47% dari total aset perbankan nasional pada tahun 2022.
"Semua bank Himbara masuk dalam systematically important banking (SIB). Sehingga harus diperkuat kekuatan modalnya," ujar Nusron.
(akd/ega)