Bank Mandiri menjalankan serangkaian aksi korporasi yang matang untuk mendukung capaian target net zero emission (NZE) Indonesia. Perseroan juga mencanangkan aspirasi untuk menjadi 'Indonesia's Sustainability Champion for Better Future'.
SVP ESG Group Bank Mandiri Citra Amelya menyatakan inisiatif pelestarian lingkungan perseroan bukan sekadar langkah untuk menunjang praktik bisnis. Lebih dari itu, kata Citra, Bank Mandiri ingin berkontribusi menciptakan masa depan yang lebih baik untuk Indonesia.
Citra menyampaikan upaya Bank Mandiri menciptakan bisnis yang berkelanjutan untuk lingkungan dirangkai dalam tiga pilar utama. Ketiga pilar itu yakni sustainable banking, sustainable operation, dan sustainability beyond banking.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Citra menjabarkan Bank Mandiri memiliki porsi portofolio hijau terbesar di antara bank-bank golongan KBMI 4 atau bank-bank bermodal jumbo. Ia menerangkan Bank Mandiri aktif menyalurkan pembiayaan ke proyek-proyek hijau (green financing).
"Jadi kita itu sampai posisi Maret 2023 itu kan portfolio Bank Mandiri itu kan ribuan triliun ya, ribuan triliun itu 25 persennya adalah sustainable portfolio. Rp 232 triliun itu untuk sustainable portfolio dan Rp 109 triliun itu untuk green project dan sisanya untuk social untuk mendorong UMKM-UMKM di Indonesia sebagai bentuk dukungan ke society. Jadi segitulah komitmen kita bilang bahwa kita nggak main-main (untuk bisnis berkelanjutan). Kita mau berkontribusi ke sustainable operations dan sustainable business di Indonesia maupun global," jelas Citra dalam program Detik Pagi, Jumat (7/7/2023).
Terkait NZE Indonesia, Citra memaparkan Bank Mandiri menargetkan dapat mencapai target NZE dalam operasional perusahaan di tahun 2030. Target ini jauh lebih cepat ketimbang target NZE Indonesia di tahun 2060.
Citra menjelaskan Bank Mandiri sudah menyiapkan serangkaian inisiatif untuk mewujudkan target tersebut. Pertama, penerapan sistem kerja yang ramah lingkungan. Hal ini diimplementasikan dengan menerapkan sistem paperless melalui digitalisasi dalam proses operasional.
"Jadi kita di Mandirian (pegawai Bank Mandiri) nih ada green business mindset jadi semua orang harus aware terhadap lifestyle atau cara kerja yang lebih hijau dan digital. Paperless harus dimulai, energi efficiensi di cabang, apalagi dengan adanya smart branch," ungkap Citra.
Selanjutnya, Bank Mandiri sejak beberapa tahun ke belakang menghitung jejak karbon yang dihasilkan dari operasional perusahaan, seperti karbon yang dihasilkan dari operasional kantor cabang se-Indonesia.
"Sekarang itu sebenarnya udah banyak emission calculator, detikers juga bisa coba hitung emisinya berapa. Jadi kalau orang sudah tahu berapa, tahu berapa yang bisa dikurangi. Untuk melakukan sesuatu harus bisa diukur. Kita di Bank Mandiri kita market leader untuk carbon trackingnya. Jadi semuanya itu sudah kita hitung, jadi semua cabang se-Indonesia emisinya berapa dan itu nggak boleh naik dari yang sudah (tercatat), bahkan harus turun," tutur Citra.
Selain itu, kata Citra, Bank Mandiri juga menjalankan inisiatif penanaman pohon untuk menyerap jejak karbon yang ditinggalkan. Ia menyebut Bank Mandiri telah menanam mangrove dengan total luas lahan sekitar 20 hektare di 2022.
"Ke depannya kita mau lakukan lagi restorasi lahan dan sebagainya. Jadi kita serap emisi tadi dan kita akan lakukan sesuai dengan komitmen kita," ucap Citra.
Digitalisasi untuk Dukung Capaian NZE
Citra menggarisbawahi digitalisasi merupakan modal utama bagi perseroan untuk mencapai target NZE. Sebab, digitalisasi mengubah cara kerja hingga sistem pelayanan kepada nasabah menjadi lebih efektif dan ramah lingkungan.
"Kalau (pakai sistem) digital kita paperless. kalau kita (pakai sistem) digital, kita (nasabah) nggak perlu datang ke cabang, nggak perlu bawa mobil berarti kurangi (pemakaian) BBM. Kalau nggak banyak tamunya di cabang, cabang gak harus bikin ac-nya 16 derajat. Livin Mandiri itu sudah memiliki 17,5 juta pengguna, itu membuat kita gampang untuk melakukan aksi paperless tadi," jelas Citra.
"Itu sih peran digital sangat sangat nyata sangat sangat penting. Jadi kita mengurangi aktivitas cabang justru memang paling bagusnya itu lewat digitalisasi dan smart branch," ujarnya.
(ncm/ega)