PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI merupakan salah satu bank tertua dan berperan besar terhadap perjalanan industri perbankan di Indonesia. Bahkan selain sebagai bank umum, BNI pernah berfungsi sebagai bank sentral di Indonesia.
Demikian diungkapkan Direktur Wholesale & International Banking BNI Silvano Winston Rumantir dalam acara Plenary Sessions on AIPF sub-themes III: Inclusive Digital Transformation di sela KTT ASEAN 2023 - AIPF di Hotel Mulia Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (6/9/2023).
"BNI adalah bank pertama yang didirikan setelah kemerdekaan. Makanya dinamakan BNI 1946. Padahal, sepenggal sejarah ketika kami berdiri, kami adalah bank sentral pertama, dan juga bank umum," kata Silvano.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi dwifungsi bank di Indonesia belum ada pada tahun 1946, satu tahun setelah kemerdekaan, hanya beberapa tahun kemudian, ketika Bank Indonesia berdiri, barulah BNI tetap beroperasi sebagai bank umum," sambung dia.
Silvano mengatakan di tahun ini BNI berusia 77 tahun. Dengan umur yang sudah tidak muda lagi, BNI telah memiliki hampir 50.000 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Oleh karena itu, Silvano mengatakan digitalisasi bagi BNI jadi sebuah tantangan yang sangat besar. Ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendigitalisasi bank konvensional besar seperti BNI, contohnya terkait anggaran.
"Jadi, kami merasa dan kami bukan ahli teknologi kan, jadi kami akui dengan tingginya biaya operasional yang tinggi lho, tipikal bank umum besar memiliki pola pikir yang khas seperti yang dimiliki oleh bank konvensional besar yang sudah tua. Meskipun manajemen termasuk saya sendiri, kami cukup baru. Kami baru tiga tahun di bank ini," katanya.
"Tahukah Anda, kami menyadari bahwa tidak, Anda tidak bisa menjadikan BNI sepenuhnya digital. Ini akan memakan biaya yang besar. Ini akan memakan waktu. Jenis orang yang Anda butuhkan untuk digital sangat berbeda," sambungnya.
Meski begitu, digitalisasi perbankan tetap menjadi sebuah keharusan. Oleh karena itu salah satu cara yang diambil BNI adalah dengan mengakuisisi Bank Mayora. Bank Mayora akan difokuskan pada sektor UMKM dengan layanan digital.
"Dan hal ini dikombinasikan dengan aspirasi pemerintah untuk melakukan konsolidasi dalam industri perbankan, dan ruang kosong yang kita lihat di ruang UMKM, membawa kita pada keputusan untuk mengakuisisi bank mayora yang merupakan bank kecil, maksud saya, buku pinjaman. Hanya empat hingga 5 triliun rupiah. Jadi sepertinya cukup kecil untuk kita bentuk menjadi apa yang kita inginkan," jelasnya.
(fdl/fdl)