Bos The Fed Ungkap Syarat Jika Ingin Era Suku Bunga Acuan Turun

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Jumat, 20 Okt 2023 08:26 WIB
Jerome Powell. (Foto: Reuters)
Jakarta -

Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan masa-masa tingginya suku bunga di AS bisa saja berakhir. Hal ini dapat terjadi apabila lonjakan imbal hasil obligasi dapat membantu The Fed memperlambat perekonomian hingga mendinginkan inflasi.

Meskipun ia mengakui kemajuan yang stabil dalam memperlambat inflasi, Powell masih mempertimbangkan tindakan tambahan dari The Fed. Dalam hal ini apakah The Fed menaikkan suku bunga atau tidak dan bergantung pada kinerja perekonomian dalam beberapa bulan mendatang. Adapun imbal hasil Treasury 10-tahun hampir menembus 5% pada hari Kamis kemarin.

"Kebijakan yang ketat memberikan tekanan pada aktivitas ekonomi dan inflasi," kata Powell dalam diskusi di Economic Club of New York, dikutip dari CNN Business, Jumat (20/10/2023).

Imbal hasil Treasury baru-baru ini melonjak karena ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, yang dapat memperlambat perekonomian.

Imbal hasil Treasury bertenor 10 tahun sedikit berfluktuasi kemarin, ketika Powell berbicara tentang inflasi dan perekonomian, namun terus berada di bawah ambang batas 5% yang terakhir dilanggar pada tahun 2007.

Di sisi lain, jika pertumbuhan ekonomi tetap kuat dan penurunan inflasi terhenti, kenaikan suku bunga pada bulan Desember akan menjadi pilihan, meskipun jeda pada bulan November tampaknya akan semakin kuat. Namun demikian, Powell belum siap untuk membuat pernyataan apa pun. Ia mengatakan, The Fed akan terus berjalan dengan hati-hati.

"Berbagai ketidakpastian, baik yang lama maupun yang baru, mempersulit tugas kita dalam menyeimbangkan risiko pengetatan kebijakan moneter yang terlalu banyak dengan risiko pengetatan yang terlalu sedikit," ujar Powell.

The Fed sendiri telah menaikkan suku bunga sebanyak 11 kali. Meski demikian, pasar kerja, pertumbuhan ekonomi, dan belanja konsumen tetap stabil. Namun perang antara Israel dan Hamas dapat mengguncang pasar energi global jika konflik meningkat, hingga mengganggu stabilitas Timur Tengah.

Powell mengatakan, serangan terhadap Israel awal bulan ini 'mengerikan'. Ia juga memperingatkan akan adanya ketidakpastian akibat ketegangan geopolitik yang sangat tinggi terhadap perekonomian global.

Sementara itu, inflasi AS telah melambat secara signifikan dari puncaknya dalam empat dekade pada musim panas lalu karena The Fed menaikkan suku bunga jangka pendek pada kecepatan paling agresif sejak tahun 1980an.

Indeks Harga Konsumen yang diawasi ketat naik 3,7% pada bulan September dibandingkan tahun sebelumnya, naik dari angka tahunan sebesar 3% pada bulan Juni. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar, namun masih turun dari angka 9,1% pada bulan Juni 2022.

Indikator pengukur inflasi pilihan The Fed juga menunjukkan perlambatan serupa, dengan indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi naik 3,9% untuk 12 bulan yang berakhir pada bulan Agustus, kenaikan tahunan terendah yang pernah dialami indeks tersebut dalam dua tahun.

Namun demikian, inflasi AS masih di atas target The Fed sebesar 2%. Para pejabat juga mengatakan, mereka perlu melihat bukti lebih lanjut mengenai perlambatan perekonomian.

Pasar kerja AS masih berada dalam kondisi yang kuat. Pengusaha menambah 336.000 pekerjaan pada bulan September. Sementara tingkat pengangguran bertahan pada level rendah 3,8%. Lalu dalam laporan terpisah menunjukkan, lowongan pekerjaan secara tak terduga melonjak menjadi 9,6 juta pada bulan Agustus 2023.




(shc/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork