BRI Cetak Laba Rp 44,21 Triliun dalam 9 Bulan, Ini Pemicunya

BRI Cetak Laba Rp 44,21 Triliun dalam 9 Bulan, Ini Pemicunya

Erika Dyah Fitriani - detikFinance
Rabu, 25 Okt 2023 19:12 WIB
Dirut BRI Sunarso
Foto: dok. BRI

Fee-based Income (FBI) BRI Group juga tercatat tumbuh 12,19% yoy menjadi senilai Rp15,56 triliun. Pencapaian FBI BRI sejalan dengan volume transaksi Super Apps BRImo yang tumbuh sebesar 66,87% yoy, atau mencapai Rp 2.984 triliun dan jumlah pengguna yang mencapai 29,8 juta user.

Disamping itu, pertumbuhan fee-based income BRI juga didorong meningkatnya bisnis AgenBRILink, yaitu agen layanan bank dengan model bisnis sharing economy bersama masyarakat, yang jumlahnya telah mencapai lebih dari 698 ribu agen dengan total nilai transaksi yang meningkat 7,97% menjadi sebesar Rp 1.040 triliun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari sisi operasional, tambah Sunarso, transformasi digital yang terus dilakukan perseroan mampu meningkatkan efisiensi dalam operasional bisnis BRI. Hal tersebut tercermin dari rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) dan CIR (Cost to Income Ratio) yang secara konsisten semakin membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

"Rasio BOPO membaik dari semula 68,36% menjadi 68,07% dan CIR membaik dari semula 42,55% menjadi 41,28%," paparnya.

ADVERTISEMENT

Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit juga didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat. Hal ini terlihat dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) Bank yang terjaga di level 87,76% dan CAR (Capital Adequacy Ratio) sebesar 27,48% atau jauh di atas ketentuan regulator.

Dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat, BRI dinilai dapat semakin kuat dalam mengantisipasi seluruh risiko utama yang terjadi dalam pengelolaan bank. Serta akan semakin memperkokoh pertumbuhan bisnis BRI melalui penyediaan jasa layanan keuangan, pembiayaan dan pemberdayaan UMKM.

Strategi untuk Tumbuh: Pemberdayaan UMKM Naik Kelas & Holding Ultra Mikro

Sunarso menjabarkan ada dua strategi BRI untuk tumbuh secara berkelanjutan. Strategi pertama, adalah mendorong nasabah eksisting naik kelas dengan berbagai program pemberdayaan dan pendampingan.

Untuk mendorong nasabah eksisting naik kelas, BRI melaksanakan berbagai program pemberdayaan, di antaranya program Desa BRILian. Hingga akhir September 2023, BRI telah memiliki 2.843 desa binaan di seluruh Indonesia. Desa-desa tersebut mendapatkan berbagai pelatihan dari BRI untuk meningkatkan kapabilitas perangkat desa, pengurus BUMDes dan pelaku UMKM di desa.

Selanjutnya ada program klasterku hidupku dari BRI yang telah memberdayakan 18.685 klaster usaha di seluruh Indonesia. Klaster-klaster tersebut setidaknya telah mendapatkan 1.411 pelatihan dan literasi serta 391 bantuan sarana prasarana produksi.

BRI juga memiliki 54 Rumah BUMN yang menaungi lebih dari 400 ribu pelaku UMKM dan telah melaksanakan lebih dari 11 ribu pelatihan.

Sementara itu, strategi kedua adalah mencari sumber pertumbuhan baru, atau menyasar segmen ultra mikro melalui holding ultra mikro (UMi) bersama PNM dan Pegadaian. Sunarso menyebut holding UMi berkembang menjadi sumber pertumbuhan baru BRI.

Setelah 2 tahun terbentuk, hingga September 2023 Holding UMi telah berhasil mengintegrasikan lebih dari 37,3 juta nasabah peminjam. Jumlah ini tumbuh sekitar 17,3% yoy dengan outstanding kredit dan pembiayaan mencapai Rp 614,9 triliun, atau tumbuh 9,5% secara yoy.

"Ke depan, BRI optimistis dapat menutup tahun 2023 ini dengan kinerja yang impresif. Utamanya dengan tetap fokus pada pertumbuhan yang berkelanjutan untuk membuat BRI semakin kuat dan hebat dalam memberi makna Indonesia," pungkas Sunarso.



Simak Video "129 Tahun BRI Mewujudkan Inovasi dan Pelayanan Prima untuk Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]

(prf/ega)

Hide Ads