Dolar AS Diprediksi Nggak Tembus Rp 16.000

Dolar AS Diprediksi Nggak Tembus Rp 16.000

Samuel Gading - detikFinance
Selasa, 07 Nov 2023 22:21 WIB
Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah kembali naik tinggi, mendekati Rp 15.300. Per siang ini pukul 14.45 WIB, dolar AS tercatat tembus ke level Rp 15.265.
Ilustrasi.Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah diprediksi bersifat sementara. Bahkan diprediksi dolar AS tidak akan pernah menyentuh angka Rp 16.000 untuk tahun ini sampai 2024.

Apa alasannya?

"Saya tidak melihat adanya alasan rupiah bisa lebih dari Rp 16.000. Optimisnya berkisar di 15.355 dan ranging dari 15.300 sampai 15.500 akhir tahun ini. Tahun depan arahnya Rp 15 ribuan. Kami belum melihat ada arah rupiah lebih melemah (terhadap dolar) tahun depan," ucap Joshua dalam agenda "Exclusive Media Afternoon Tea & The Launch of Permata Institute for Economic Research" di Hotel St Regis, Jakarta Pusat, Selasa (7/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Josua menjelaskan menguatnya dolar AS terhadap rupiah terjadi karena dua penyebab, sentimen pasar dan fundamental. Faktor sentimen pasar di antaranya persoalan geopolitik seperti Hamas-Israel dan pengetatan kebijakan higher for longer The Fed atau tingkat suku bunga global yang bertahan pada level tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

Namun, ia mengatakan faktor sentimen pada hakikatnya bersifat sementara dan tidak berkepanjangan. Sederhananya, kata Joshua, faktor sentimen muncul karena kekhawatiran. Pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar pun terjadi akibat sentimen semata.

ADVERTISEMENT

"Jadi karena sentimen datang dari suku bunga FED dan geopolitik, faktor sentimen tidak akan berkepanjangan. Kami melihat faktor fundamental adalah pemegang kendali," bebernya.

Sementara faktor fundamental, Joshua mengatakan bahwa Indonesia memiliki posisi fundamental yang kuat. Ia mengatakan tingkat inflasi Indonesia masih terjaga di bawah 4% dengan prediksi inflasi di angka 2,89% pada akhir 2023 dan 3,17% pada akhir 2024. Hal ini masih sesuai target Bank Indonesia yang berkisar di angka 1,5% sampai 3,5%.

Selain itu, Joshua menjelaskan bahwa peringkat hutang Indonesia masih tinggi di sejumlah credit rating agency atau lembaga pemeringkatan hutang Internasional. Hal ini berarti kemampuan Indonesia untuk mengelola hutang masih optimal.

Di mata investor, ini pun menjadi tanda bahwa Indonesia menjadi tempat yang memiliki prospek baik untuk menaruh investasi. Menurutnya, tidak ada alasan bagi investor untuk berhenti berinvestasi di Indonesia.

"Amerika saja sudah di downgrade peringkat hutangnya karena masalah pengelolaan hutang. Sedangkan Indonesia sejauh ini pengelolaan utang relatif well managed. Rasio hutang terhadap PDB relatif terjaga di bawah 60% bahkan tahun ini di bawah 40%," jelasnya.

Dengan sedemikian hal tersebut, Joshua pun meyakini bahwa faktor fundamental Indonesia masih kuat. Di tengah posisi fundamental baik, menurutnya mata uang rupiah justru bisa semakin menguat dan stabil terhadap dolar AS di tahun-tahun mendatang.

"Kalau investasi baik, dari perspektif investor asing pun kenapa harus berpikir lebih pesimis? Itu yang menyebabkan kami mengatakan pelemahan rupiah karena faktor sentimen. Artinya, sepanjang tahun depan, tidak ada alasan kuat bagi rupiah melemah lebih jauh lagi terhadap dolar karena faktor fundamental," tegasnya.

Resmikan Lembaga Riset Baru

Dalam agenda tersebut, Joshua juga mengumumkan bahwa Permata Bank kni mengembangkan divisi baru. Permata Economic Research kini sudah berevolusi menjadi Permata Institute for Economic Research (PIER). Ia menjelaskan bahwa lembaga tersebut bertugas untuk memfasilitasi analisa dan riset berbagai tren serta isu ekonomi. Joshua mengatakan PIER dibentuk untuk membantu pelanggan serta publik untuk menguatkan proses pengambilan keputusan finansial mereka.

"Economic Outlook 2024 yang kami rilis pada hari ini pun menjadi bagian dari upaya tersebut," pungkas Joshua.




(hns/hns)

Hide Ads